Finlandia adalah negara kecil di Eropa utara, resmi menjadi bagian Uni Eropa pada 1992. Luasnya,
Berdasarkan evaluasi Pisa (Programme for
International Student Assessment), sistem pendidikan Finlandia berada di
urutan terbaik di dunia. Survey dilakukan setiap 3 tahun oleh Organization for
Economic Cooperation and Development (OECD), sebuah organisasi untuk kerja sama
dan perkembangan ekonomi, dengan membandingkan pelajar usia 15 tahun dari
berbagai negara pada bidang kemampuan memahami bacaan, matematika, dan sains.
Tidak heran jika seluruh dunia gempar dengan keunggulan tersebut. Bahkan, tahun
2010 Newsweek menasbihkan Finlandia sebagai negara dengan kualitas hidup
terbaik di dunia.
Setidaknya, dua faktor utama penyebab keunggulan
pendidikan Finlandia.
1. Faktor Politik
Berawal dari kebijakan politik untuk menjadikan
Finlandia sebagai negara maju dalam bidang sains dan teknologi melalui
reformasi pendidikan yang dimulai 40 tahun lalu. Lalu, pada 1990 Finlandia
melakukan desentralisasi pendidikan, merumuskan beberapa kebijakan utama
seperti: kurikulum nasional yang ketat, gelar master (S2) bagi semua guru,
dalam satu kelas terdapat tiga guru (dua guru fokus pada penyampaian materi,
satu guru khusus menemani mereka yang masih tertinggal). Sekolah tingkat dasar
dan menengah digabung sehingga murid tidak perlu berganti sekolah pada usia 13
tahun. Dengan cara ini, mereka terhindar dari masa peralihan yang bisa
menganggu dari satu sekolah ke sekolah lain.
Pemerintah memiliki political will sangat
kuat terhadap pendidikan. Seluruh biaya pendidikan sejak TK sampai Perguruan
Tinggi gratis. Hampir semua sekolah dibiayai pemerintah, hanya ada beberapa
yang betul-betul independen (swasta). Tidak ada sekolah yang boleh membebankan
biaya sekolah. Sekolah swasta (sedikit sekali) mendapatkan dana sama besar
dengan dana sekolah negeri. Tidak ada
universitas swasta. Dengan kata lain, pelajar-pelajar di Finlandia bersekolah
di sekolah negeri, dari pre school hingga Ph.D.
Bukan hanya itu, sekolah juga memberikan fasilitas
gratis berupa buku-buku pelajaran dan biaya lain terkait kenyamanan dalam
mengikuti pendidikan. Sekolah harus sehat dan menjadi lingkungan yang
menyenangkan dan aman untuk anak-anak. Sekolah menawarkan semua murid makanan
sekolah gratis, akses mudah ke perawatan kesehatan, konseling psikologis, dan
bimbingan individual siswa. Siswa miskin mendapatkan santunan dana yang
dikirimkan kepada orang tua mereka.
Frekuensi tes benar-benar dikurangi. Ujian nasional
hanyalah Matriculation Examination untuk masuk universitas. Para
siswa juga baru diuji dengan ujian standarisasi pada sekolah menengah tingkat
akhir. Ujian ini pun bersifat optional, hanya bagi mereka yang ingin
melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. Bagi yang tidak mengikuti ujian, tetap
bisa melanjutkan ke institusi pendidikan yang berorientasi lapangan kerja.
Sejak kelas III siswa wajib belajar bahasa
Inggeris untuk memperluas wawasan. Bahkan, stasiun TV menyiarkan program
berbahasa Inggeris dengan teks terjemahan dalam bahasa Finish sehingga
anak-anak bahkan membaca waktu nonton TV.
Konsep pendidikan Finlandia sangat jelas, "Tess
less, Learn more". Bagi mereka, terlalu banyak testing atau ujian justru membuat guru dan terlebih lagi murid
hanya fokus pada ujian. Jadi sekolah hanya mengajarkan bagaimana lolos dari
ujian. Bukan bagaimana menjadi manusia yang kritis dan kreatif serta berguna
bagi sesama. Untuk itu, siswa diajar mengevaluasi dirinya sendiri, bahkan sejak
Pra-TK! Ini membantu siswa belajar bertanggungjawab atas pekerjaan mereka.
Selain tidak banyak tes, guru juga tidak memberikan pekerjaan rumah, tidak ada
kegiatan belajar tambahan di luar jam sekolah, tidak ada ranking, dan
tidak ada ujian nasional.
Karena kolaborasi lebih penting dari pada kompetisi, tidak ada kompetisi antar siswa, apalagi antar sekolah. Kompetisi dalam dunia pendidikan merupakan konsep yang destruktif. Mental anak-anak dapat dihancurkan oleh evaluasi terus-menerus dan membuat anak-anak ini sendiri percaya bahwa mereka tidak cukup baik. Anak-anak dapat unggul pada apa yang mereka dapat lakukan dengan baik, bukan diukur untuk memenuhi standar, mereka dapat menghasilkan performa yang terbaik.
Anak-anak harus diberikan pendidikan sehingga
mereka dapat berkembang seoptimal mungkin. Siswa dididik lebih mengedepankan
bagaimana membentuk "community", yaitu menggabungkan guru
sebagai pendidik, siswa sebagai anak didik, dan masyarakat sebagai bagian dari
pendidikan. Kolaborasi ini membuat pendidikan lebih unggul karena semua merasa
bertanggung jawab akan proses pendidikan.
Perlu dicatat, perubahan politik di Finlandia
tidak sampai mengubah kebijakan pendidikan yang sudah dibuat sebelumnya.
Kebijakan pendidikannya konsisten selama lebih dari 40 tahun walau partai yang
memerintah berganti-ganti. Akibatnya, Finlandia menjadi negara dengan
pendidikan nomor satu di dunia dengan tingkat drop out murid hanya 2%.
Sebesar 25% kenaikan pendapatan nasional Finlandia disumbang oleh meningkatnya
mutu pendidikan.
2. Faktor Guru
Filsafat pendidikan Finlandia berakar pada prinsip
non-diskriminasi dan kesetaraan semua manusia. Prinsipnya adalah setiap orang
memiliki sesuatu untuk disumbangkan dan mereka yang mengalami kesulitan di mata
pelajaran tertentu semestinya tidak ditinggalkan. Untuk itu, dalam hampir
setiap mata pelajaran disediakan guru bantu yang ditugasi untuk membantu murid
yang mengalami kesulitan. Meski demikian, siswa ditempatkan dalam ruang kelas
yang sama, tanpa memandang kemampuan mereka dalam pelajaran tersebut. Bahkan,
siswa difabel tidak diasingkan, melainkan duduk bersama dengan siswa lain di
dalam kelas.
Pendidikan di sekolah berlangsung rileks dan demi
menjaga kebersihan kelas, siswa harus melepas sepatu dan hanya berkaus kaki
ketika masuk kelas. Keberhasilan sistem ini ditopang gagasan bahwa 'less can
be more' atau sedikit bisa jadi lebih banyak. Jadi, tidak terlalu banyak
mata pelajaran yang diajarkan, juga tidak perlu menggunakan waktu seharian
untuk belajar di sekolah. Yang penting semua siswa mendapatkan bimbingan dan
perhatian penuh dari guru. Guru diberi kebebasan melaksanakan kurikulum
pemerintah, bebas memilih metode dan buku teks sesuai kondisi kelas.
Guru adalah modal utama untuk menghasilkan siswa
unggul. Guru sangat dihargai dan memperoleh gaji tinggi. Mengajar adalah karier
prestisius di Finlandia. Orang merasa lebih terhormat jadi guru daripada dokter
atau insinyur. Rekruitmen guru sangat ketat sehingga guru menjadi profesi yang
didambakan. Calon guru berasal dari mahasiswa terbaik di kampus dan itu pun
harus melalui seleksi ketat sehingga menghasilkan guru yang berkualitas. Para
calon yang lulus seleksi dengan sangat ketat itu pun masih harus menjalani masa
training. Dalam masa training calon guru ditemani satu guru senior yang akan
memberikan umpan balik atas materi yang diajarkan dan cara mengajar di kelas.
Dengan demikian calon guru akan memiliki lebih banyak manfaat dari pengalaman
guru senior.
Guru tidak hanya mengajar dan mendidik, tetapi juga memiliki ruang gerak yang luas untuk mengeksplorasi semua keahliannya dengan menciptakan kurikulum pendidikan sesuai kondisi murid yang dihadapi. Guru mempunyai pengaruh besar dalam membentuk pola pikir serta kepribadian murid, apalagi terhadap murid yang mempunyai kekurangan dalam memahami suatu mata pelajaran. Guru tidak hanya sebatas pengajar tapi mereka pakar kurikulum, kurikulum bisa berbeda di setiap sekolah namun tetap berjalan dibawah panduan resmi pemerintah.
Penilaian (assessment) murid pun lebih
banyak dilakukan bukan dengan sistem ujian. Hal ini sengaja dibuat agar kaum
muda tertantang untuk mengajar dan memanfaatkan apa yang telah mereka dapatkan
dengan gelas masternya. Para guru sangat menghindari kritik terhadap pekerjaan
siswa mereka. Menurut mereka, jika kita mengatakan “kamu salah” pada siswa,
maka hal tersebut akan membuat siswa malu, dan itu akan menghambat mereka dalam
belajar. Setiap siswa diperbolehkan melakukan kesalahan. Mereka hanya diminta
membandingkan hasil mereka dengan nilai sebelumnya, dan tidak dengan siswa
lainnya. Setiap siswa diharapkan bangga terhadap dirinya masing-masing. Ranking
hanya membuat guru memfokuskan diri pada segelintir siswa tertentu yang
dianggap terbaik di kelasnya, dan itu tidak baik bagi murid yang lain.
Salah satu faktor keajaiban pendidikan Finlandia
karena sekolah menerapkan sistem belajar aktif. Dan, belajar aktif ini bisa
berjalan mulus, bermutu, dan relevan karena didukung inservice training
guru yang bagus. Setiap guru diberi waktu setengah hari (one afternoon)
setiap minggu untuk berkunjung ke sekolah lain, ke guru lain untuk melakukan
observasi proses belajar-mengajar di sekolah lain dan waktu ini juga digunakan
untuk merancang kegiatan belajar bersama.
Keberhasilan sistem pendidikan Finlandia juga ditunjang budaya. Masyarakat Finlandia
sangat menghargai pendidikan, mereka menghargai profesi guru. Masyarakatnya sangat gemar membaca, bahkan
sejak dini anak-anak dibiasakan membaca. Suasana kekeluargaan yang akrab sangat
terasa di dalam rumah-rumah warga Finlandia. Bahkan, di sekolah siswa belajar
dalam suasana santai dan informal. Tidak
terlihat suasana formal yang tegang dan penuh ketakutan.
Kesimpulannya, kemajuan pendidikan Finlandia yang
demikian pesat disebabkan oleh adanya otonomi pendidikan yang luas sehingga
memungkinkan guru dan murid untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki
dengan sebaik-baiknya. Pemerintah turut menjaga agar pendidikan tidak menjadi
ajang permainan politik. Sebab, tujuan akhir pendidikan adalah untuk
memanusiakan manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar