Kamis, 08 Juni 2017

Puasa Mengefektifkan Kerja Akal


Al-Qur`an dengan redaksi beragam mengajak manusia aktif berpikir  mengenai segala hal, kecuali tentang zat Allah. Pengetahuan tentang zat Allah tidak akan dapat dijangkau oleh pikiran. Manusia cukup memikirkan makhluk Allah, baik di langit, di bumi, maupun diri manusia sendiri (QS. ar-Rum, 10:42; Ali Imran, 190-191;  ad-Dukhan, 38-39 dan ar-Rad, 3). Mereka yang kreatif berpikir mendapat kedudukan istimewa, dan Al-Qur`an mengapresiasi mereka dengan sejumlah sebutan, seperti: ulul-albab, ulul-`ilm, ulul-absar, dan ulun-nuha yang semuanya berarti  manusia arif dan bijaksana.
Obyek berpikir bukan hanya alam semesta atau ayat-ayat kauniyah, melainkan juga ayat-ayat qauliyyah dalam bentuk wahyu. Yang pertama adalah ayat-ayat yang terlihat, sementara yang kedua adalah ayat-ayat yang terdengar dan terbaca. Ketika menafsirkan ayat-ayat Al-Qur`an yang berisi perintah agar manusia berpikir, Al-Biqa`i, mufassir ternama, menjelaskan makna “laallakum tafakkarun dengan “semoga engkau menjadi orang yang selalu aktif menggunakan pikiran, dan mereka yang menggunakan pikirannya pasti memetik banyak manfaat.”
Berpikir merupakan kerja akal paling menakjubkan. Al-Qur`an menyebut begitu banyak kerja akal, namun ada dua yang utama: Pertama, mendengarkan. Aktivitas mendengarkan terkesan mudah, padahal tidak semua manusia dapat melakukanya dengan baik. Karena itu, mereka yang tidak menggunakan akal digolongkan sebagai orang-orang tuli (QS. Yunus, 10:42).   Kedua, merenungkan secara konsepsional, setidaknya merenungkan berbagai kejadian di alam raya, termasuk fenomena gempa bumi yang akhir-akhir ini makin nyata. Allah menyebut alam semesta dan seluruh fenomena alam ini sebagai tanda bagi orang-orang berakal (QS. al-Ankabut, 29:35 dan al-Rum, 30:24).
Hasil kerja akal melahirkan pertimbangan pengetahuan (hilm), lalu dari hilm lahir petunjuk yang benar (rusyd). Petunjuk yang benar melahirkan kehati-hatian (abstention). Demikian selanjutnya dari kehati-hatian itu timbul rasa malu yang kemudian menciptakan ketakutan. Ketakutan melahirkan amal baik, dan amal baik menghasilkan keengganan berbuat kejahatan. Akhirnyan, keengganan berbuat kejahatan itu membawa kepada ketaatan dan kepatuhan pada perintah Ilahi.
Demi menjelaskan betapa tingginya posisi akal, para filosof Muslim mensejajarkan fungsi akal manusia dengan fungsi Nabi. Keduanya sama-sama berfungsi memberi penerangan dan pencerahan kepada manusia agar terhindar dari kebodohan dan kebiadaban (QS, al-Maidah, 5:15-16). Berbeda dengan makhluk lainnya, manusia memiliki kedudukan sangat spesifik di mata Tuhan. Manusia adalah khalifah fi al-ardh (QS. al-Baqarah, 2:30). Tugas manusia menterjemahkan karya kreatif Tuhan di alam semesta. Keunikan manusia adalah ia mewakili Tuhan di bumi ini. Suatu kedudukan yang teramat tinggi, bahkan belum pernah diberikan kepada makhluk lainnya, termasuk malaikat sekali pun.
Pertanyaannya, mengapa harus manusia menjadi khalifah fi al-ardh? dimana letak keunggulannya? Ali Syariati menjelaskan keunggulan manusia terletak pada akal dan pengetahuannya. Setelah menciptakan Adam, Allah swt. mengajarkan padanya tentang nama-nama yang faktanya mengacu pada berbagai fakta ilmiah, dan inilah kemudian yang dianggap sebagai prototype dari ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan hanya dianugerahkan pada manusia, tidak diajarkan pada malaikat, kendati mereka diciptakan dari cahaya, unsur yang dinilai lebih mulia daripada tanah, asal kejadian manusia. Tidak berlebihan jika disimpulkan bahwa kemuliaan seorang manusia terletak pada pengetahuan dan kecerdasannya, terutama jika keduanya selalu digunakan untuk memberi manfaat sebesar-besarnnya kepada manusia dan kemanusiaan.

Mari kita gunakan kesempatan Ramadhan kali ini untuk lebih meningkatkan dan mengefektifkan kerja-kerja akal, memikirkan dan merenungkan eksistensi diri kita masing-masing sebagai manusia. Apakah kita sebagai makhluk, sudah bersyukur kepada Sang Pencipta? Apakah diri ini berguna bagi sesama manusia? Apakah diri ini bermanfaat bagi alam semesta? Wallahu a’lam bi as-shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar