Tujuan utama
puasa Ramadhan adalah menjadikan manusia bukan hanya beriman, melainkan juga bertakwa
kepada Allah swt. (QS. al-Baqarah, 2:183). Salah
satu indikasi nyata dari keimanan dan ketakwaan seseorang adalah mampu
melaksanakan amanah. Arti amanah mencakup segala sesuatu yang
dipercayakan kepada manusia, baik menyangkut hak diri sendiri, hak orang lain,
maupun hak Allah swt.
Islam adalah agama yang paling vokal bicara
soal amanah. Mengapa? Sebab, pelaksanaan amanah amat menentukan kualitas iman
dan takwa seseorang. Itulah sebabnya, Nabi saw. berulang kali bersabda: “Tunaikanlah
amanah, dan jangan pernah kamu mengkhianati amanah yang dititipkan kepadamu.”
(HR Abu Dawud dan Tirmizi). Karena itu, jangan pernah meremehkan amanah.
Sekecil apa pun amanah itu.
Dalam kaitan
dengan kehidupan berbangsa dan bernegara, keselamatan dan kemajuan suatu bangsa,
antara lain sangat tergantung pada komitmen para wakil rakyat memegang amanah.
Apakah para wakil rakyat di suatu negara sungguh-sungguh memelihara amanah yang
dilimpahkan kepadanya?
Sebelumnya, siapakah
wakil rakyat itu? Mereka adalah orang-orang yang telah menyatakan komitmennya
untuk menjalankan tugas sebagai wakil rakyat secara profesional. Mereka juga telah
menyatakan komitmen penuh demi melaksanakan amanah yang dititipkan rakyat
dengan sepenuh harapan. Di antara fungsi strategis wakil rakyat adalah
menentukan public policy (kebijakan publik) dan membuat undang-undang
yang berujung pada peningkatan kualitas layanan publik, selanjutnya peningkatan
kualitas kesejahteraan dan kecerdasan rakyat yang diwakilinya. Untuk itu, para
wakil rakyat diberi hak inisiatif, hak untuk mengadakan amandemen terhadap
rancangan undang-undang yang diajukan pemerintah, dan hak budget. Tugas lain
yang tidak kurang pentingnya adalah mengontrol badan eksekutif dalam arti
menjaga supaya semua tindakan institusi tersebut sesuai dengan
kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah ditetapkan demi terpenuhinya kepentingan
publik.
Amanah
merupakan isu penting dalam Al-Qur’an. Kitab suci ini menyebut kata amanah
setidaknya dalam lima
makna. Pertama, kata amanah disinggung dalam kaitan dengan isu kesaksian (QS,
2:283). Amanah dalam konteks ayat tersebut bermakna keharusan memberikan
kesaksian yang benar dan larangan menyembunyikan kebenaran, mekipun resikonya
sangat berat. Kedua, disebutkan dalam isu keadilan (QS, 4:58). Amanah
berarti kewajiban menetapkan hukum
secara adil, tidak ada diskriminasi, juga tanpa eksploitasi. Ketiga, digunakan dalam
kaitan larangan berkhianat (QS, 8:27). Amanah berarti larangan berlaku khianat.
Setiap Muslim dan Muslimat diharamkan mengkhianati Allah dan Rasul-Nya serta
menghianati amanah yang dipercayakan kepadanya. Keempat, disebutkan dalam
konteks sifat manusia terpuji (QS,
70:32). Amanah adalah satu di antara sifat terpuji yang harus dimiliki manusia
yang beriman dan bertakwa, yakni sifat manusia yang tidak berkeluh kesah bila
mengalami kesulitan hidup, sebaliknya tidak arogan bila mendapatkan kesenangan.
Jadi manusia yang amanah adalah manusia yang memiliki integritas kepribadian
yang stabil dan mantap, tidak mudah berubah-ubah meski godaan datang silih
berganti. Kelima, disebutkan dalam kaitan penciptaan manusia (QS, 33:72).
Amanah berarti kemampuan memikul tanggung jawab. Ketika Allah swt. menawarkan
amanah untuk mengelola kehidupan dunia kepada langit, bumi, gunung-gunung tak
satupun sanggup mengembannya, kecuali manusia. Ternyata, hanya manusia berani
menyatakan kesanggupannya.
Menarik
dicermati bahwa dalam kaitan dengan pelaksanaan amanah, sejak dini Allah swt. menvonis
manusia dengan tudingan negatif sebagai makhluk yang amat zalim dan amat bodoh
(QS, 33:72). Mengapa? Karena dalam realitas sosiologis di masyarakat, sebagian
besar manusia telah secara vulgar dan terang-terangan, tanpa rasa malu
sedikitpun, mempertontonkan perilaku yang amat zalim, amat serakah dan amat
bodoh.
Buktinya, sangat kasat mata. Sebagai contoh, sudah
umum diketahui bahwa tugas sebagai wakil rakyat sangat tidak gampang, penuh godaan,
penuh fitnah, dan penuh intrik. Walaupun begitu, tetap saja tidak menyurutkan
keinginan banyak manusia mengejar jabatan sebagai wakil rakyat yang dipandang
prestisius itu. Bahkan, orang-orang yang tidak memiliki kapasitas dan
kompetensi diri untuk jabatan itupun sangat bersemangat meraihnya. Kalau perlu,
dengan jalan pintas, seperti money politic.
Bahkan, tidak
sedikit manusia yang menggadaikan kehormatan dirinya demi memperebutkan “posisi terhormat” ini. Mulai
dari praktek kampanye yang tidak taat asas; pembohongan publik dengan visi-misi
palsu dan janji-janji dusta; penggunaan dana kampanye secara tidak transparan; pemalsuan
ijazah; pemalsuan identitas asal-usul; pemalsuan surat rekomendasi; sampai kepada praktek
suap-menyuap dengan pimpinan partai atau kelompok penentu. Belum lagi setelah
terpilih menjadi wakil rakyat. Tidak sedikit dari mereka mengabaikan amanah,
tidak memperjuangkan aspirasi publik. Akibatnya, lahir undang-undang dan
peraturan yang isinya jauh dari upaya-upaya mencerdaskan dan mensejahterakan rakyat,
bahkan mendiskriminasi dan mengeksploitasi rakyat, terutama kelompok rentan dan
minoritas. Demikian pula, tugas untuk mengevaluasi badan eksekutif pun tidak
dilakukan dengan baik. Malah, dalam banyak hal berkolaborasi dengan pejabat eksekutif
untuk meraup uang rakyat sebanyak-banyaknya, semata-mata memenuhi kepentingan
pribadi dan menambah dana partai untuk Pemilu berikutnya.
Puasa Ramadhan
hakikatnya merupakan media pelatihan diri yang efektif, terutama. melatih diri
agar mampu melaksanakan amanah. Melalui ibadah puasa, diharapkan dapat
meningkatkan kualitas dan kemampuan individu mengemban amanah. Minimal, puasa
sebulan ini dapat membuat seseorang mampu
menjalankan amanah yang dilimpahkan kepadanya, paling tidak selama 11 bulan
mendatang. Lalu, bulan Ramadhan tahun berikutnya diharapkan dia melatih diri
lebih intens lagi dengan harapan kualitas iman dan takwanya semakin mantap. Dan
pada gilirannya, individu tersebut semakin profesional dalam melaksanakan
amanah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Demikianlah diharapkan, dengan
bertambah usia manusia dan semakin sering berpuasa, semakin meningkat pula
kualitas iman dan takwanya, semakin sempurna kualitas diri manusia. Salah satu
indikasinya, semakin profesional mengelola amanah. Subhanallah!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar