Isu
gender, jika itu berkaitan dengan agama, tak pernah habis diperdebatkan. Islam di Indonesia juga memiliki sejumlah
problematika, terutama ketika era modern dengan tuntutan kesetaraan kaum perempuan
menguat. Bagaimana seharusnya para muslimah memahami dan mengamalkan
ajaran sesuai dengan prinsip Islam itu
sendiri?
Bermula
dari pertanyaan mendasar inilah sang Penulis buku ini mencoba mencari jalan
keluar. Harus diakui bagaimanapun juga selama ini Islam dianggap sebagai agama
yang patriarkial, artinya kurang sepaham dengan prinsip kesetaraan. Pemahaman
bias gender ini seringkali membuat umat Islam yang modern terpaksa harus
berbenturan dengan dua kutub yang berbeda.
Tetapi
menurut Musdah, sebenarnya hal itu tidak perlu terjadi mengingat ajaran Islam
itu juga ajaran yang memiliki spirit emansipasi, kesetaraan dan
egalitarianisme. Tanpa perlu harus mengekor dengan modernitas sekalipun Nabi
Muhamad telah membuat fondasi yang kuat untuk menjadikan kaum hawa setara
dengan kaum adam . “Nabi mengubah
kedudukan perempuan dari posisi sebagai obyek yang dihinakan dan dilecehkan
menjadi subyek yang dihormati dan diindahkan.
Nabi
memproklamirkan keutuhan kemanusiaan perempuan setara dengan laki-laki. Keduanya
sama-sama manusia, sama-sama berpotensi menjadi khalifah fi al-ardh (pengelola
kehidupan di bumi). Laki dan perempuan mempunyai nilai kemanusiaan yang
sama.”(Hlm 32)
Buku
ini tersusun dari empatbelas bab yang membicarakan beberapa persoalan perempuan,
islam dan keindonesiaan. Secara ringkas dapat dibagi menjadi beberapa poin,
yakni 1) Prinsip-prinsip kesetaraan gender dalam Islam. 2) Prinsip tauhid,
syariat dan akhlak sebagai panduan mewujudkan harmoni antara individu, keluarga
dan hubungan sosial. 3) Kajian Al-Qur’an dan sunah yang brilian sehingga kita
mendapatkan esensi dari Islam untuk membangun kesadaran tentang tanggung jawab
sosial, ekonomi, politik dan budaya.
Lebih
terperinci, buku ini akan memberikan pegangan bagi para Muslimah dalam menghadapi
berbagai masalah seperti hubungan
suami-istri, pendidikan anak, tanggung jawab ekonomi keluarga, persoalan
poligami yang problematis bagi Muslimah, berbagi tugas masalah internal dan
eksternal dan sejumlah persoalan lain yang pasti dihadapi kaum muslimah.
Buku
ini tergolong luar biasa karena di dalamnya memuat banyak pandangan dari
internal Islam serta kritis memahami arus dinamika kehidupan modern. Dengan
kemampuan memegang kendali literatur Islam secara baik serta kemampuan membaca
arah derap modernitas, Musdah berhasil membuat banyak formulasi garis syariah
yang baik untuk pedoman hubungan antara laki-laki dan perempuan di jalan Islam.
Setelah
pada bagian pertama dan kedua menjelaskan alasan sosio-historis berkaitan
dengan hubungan antara perempuan dengan syariat, bagian-bagian selanjutnya sang
penulis menjabarkan masalah-masalah kontemporer di Indonesia, seperti peranan
ibu rumah tangga, perlunya pemberian peluang sosial, ekonomi dan politik
perempuan, dan lain sebagainya.
Di
luar masalah personal kemuslimahan, buku ini juga sangat baik dalam menjelaskan
masalah-masalah peraturan daerah dan sejumlah tuntutan penegakan syariat Islam
melalui jalur formal. Musdah mengkritik banyak kebijakan perda syariah yang
alih-alih membawa kemaslahan. Yang terjadi justru merendahkan martabat kaum
hawa. Artinya banyak sekali tuntutan penegakan syariat Islam itu yang justru
tidak sesuai dengan prinsip dasar ajaran Islam yang memuliakan kaum perempuan.
Tidak
salah penerbit memilih buku ini karena di dalamnya memiliki nilai lebih
pemikiran seorang Cendekiawan yang mampu menampilkan cara pandang baru
berkaitan dengan hubungan perempuan dan laki-laki sesuai ajaran Islam. Karena
kemampuannya membaca pesan-pesan sejarah yang bagus, penulis mampu menyuguhkan
satu pemahaman yang baik tentang Islam dalam memandang hubungan antara
perempuan dan laki-laki.
Di
sini, Islam (dalam pandangan sang Penulis) nampak begitu menarik untuk
dijadikan solusi bagi kemanusiaan. Sekalipun buku ini memiliki banyak kelebihan
dan sangat bagus untuk dibaca para
muslimah, tetapi memiliki kelemahan karena banyak istilah akademik yang berat. Bagi yang kurang
terbiasa dengan bacaan akademik, tentu memperberat alur. Selamat membaca.
Makmun
Yusuf. Peminat buku sosial dan agama :: Sumber: kompas.com
http://www.megawatiinstitute.org/home/buku/249-jalan-keluar-persoalan-gender.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar