Tidak sedikit orang yang datang ke Rusia menjadi
terkaget-kaget. Sebab, ikon Rusia sebagai negara komunis begitu melekat di alam
bawah sadar banyak orang. Sementara faktanya, Rusia sudah berubah banyak.
Kehidupan keagamaan tampak semarak, bahkan saya sempat mengunjungi salah satu
masjid yang ramai dipakai untuk shalat Jum’at.
Satu hal yang saya tangkap dari perbincangan dengan para
tokoh dan elit politik di Rusia adalah bagaimana mengembangkan agama dalam
masyarakat tapi tetap mengedepankan rasionalitas yang melahirkan sains dan
teknologi. Tampak mereka khawatir jika agama berkembang, lalu masyarakat akan
meninggalkan sains dan teknologi. Artinya, mereka tidak ingin masyarakatnya
terkebelakang dalam sains dan teknologi. Saya pun menjelaskan, Islam adalah
agama yang sangat mengedepankan rasionalitas, serta mendorong kemajuan sains
dan teknologi. Bahkan, sejumlah ayat Qur’an meletakkan keimanan dan ilmu
pengetahuan dalam satu tarikan nafas. Tuhan mengangkat derajat orang-orang yang
beriman dan berilmu pengetahuan lebih tinggi dari lainnya.
Seminar tentang Indonesia Baru di Petersburg
Selain itu, kedua negara: Indonesia dan Rusia menerapkan
prinsip demokrasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Karena itu,
pengembangan nilai-nilai agama pun harus sejalan dengan prinsip-prinsip
demokrasi. Pengalaman Indonesia menunjukkan bahwa nilai-nilai Islam dan
nilai-nilai demokrasi dapat berjalan seiring tanpa harus berbenturan, bahkan
keduanya dapat saling melengkapi dengan penuh kedamaian dan harmoni. Menjadi
negara yang demokratis sekaligus menjadi negara yang memenuhi kepentingan umat
Islam yang merupakan mayoritas penduduk Indonesia telah dengan sukses dilakukan
pemerintah Indonesia, walau pun harus tetap diakui dalam beberapa hal masih ada
kekurangan.
Mengapa
Islam penting di Rusia? Sebab Islam
adalah agama kedua paling banyak dianut masyarakat Rusia setelah Kristen
Ortodoks. Jumlahnya pemeluk Islam sekitar 21-28 juta penduduk atau 15-20 persen
dari sekitar 142 juta penduduk Rusia. Terdapat lebih dari 5.000 organisasi
Muslim yang legal, mereka mewakili Sunni, Syiah dan kelompok Sufi.. Bahkan,
Islam dianggap sebagai salah satu agama tradisional yang merupakan warisan
sejarah Rusia.
Di
Moskow, ibu kota Rusia terdapat sekitar satu juta orang Muslim, terdiri dari 20
komunitas dengan lima masjid. Menarik dicatat bahwa di seluruh Rusia terdapat
sekitar 7.000 masjid. Masjid Marcani adalah masjid tertua yang dibangun di Kazan
(1766-1770 M) dengan donasi dari masyarakat saat pemerintahan Catherine Agung
berkuasa. Masjid Marcani merupakan satu-satunya masjid yang lolos dari
penutupan di masa Uni Soviet. Arsiteknya, Vasily Kaftyrev menggabungkan gaya
barok dan gaya arsitektur abad pertengahan. Masjid dua tingkat ini berlokasi di
tepi Danau Qaban.
Menurut sejarah, Islam masuk ke Rusia sejak masa Umar bin
Khattab (abad ke-7 Masehi). Beliaulah yang mengirim sahabat Hudzaifah bin
al-Yaman untuk berdakwah di Azerbaijan dan Armenia. Setelah itu, pengikut
Hudzaifah terus berjuang menyebarkan Islam hingga mencapai wilayah Dailam, Tibristan,
dan Afganistan.
Muslim di Rusia kini memiliki kehidupan lebih baik
dibandingkan masa komunis dulu. Tahun 2013 untuk pertama kalinya dalam
sejarah Rusia, pemimpin Rusia (Vladimir Putin) memasukkan menteri Muslim dalam
kabinetnya dan mengakui eksistensi Muslim Rusia. Hal itu dikarenakan umat Islam
memiliki peranan penting dalam membawa perbaikan masyarakat di Rusia. Umat
Islam diperbolehkan membangun sekolah-sekolah yang berbasis agama bahkan
membangun sebuah universitas Islam yang semuanya menggunakan bahasa Arab.
Bersama para pemimpin media
Tahun 2009, utusan tiga Universitas Islam dari Rusia
mengunjungi Indonesia dan mereka tertarik ingin belajar dari Universitas Islam
Negeri Jakarta, Yogyakarta dan Malang. Mereka adalah Rektor Universitas Islam
Rusia, Prof. Rafik Muhametshin, serta Rektor Universitas Islam Kaukasus, Prof.
Maksud Sudikov serta wakil Rektor Universitas Islam Moskow, Alsu Sitdikova.
Mereka merasa perlu belajar dari Indonesia, meskipun negara sekuler, namun
tetap memberikan perhatian penuh pada pemenuhan hak-hak beragama masyarakat,
bahkan memberikan fasilitas yang diperlukan bagi agar masyarakat dapat
melaksanakan ajaran agamanya dengan aman, nyaman dan bertanggung jawab. Di
Indonesia mereka telah menandatangani kerjasama dengan UIN Jakarta, Malang dan
Yogya. Kerjasama yang sudah dijalin ini harus ditingkatkan dan dievaluasi agar
lebih produktif dan memberi manfaat optimal bagi kedua negara.
Singkatnya,
Indonesia dan Rusia sangat perlu menjalin hubungan kerjasama yang saling
menguntungkan, terutama dalam upaya-upaya memperteguh demokrasi sekaligus
mengembangkan kehidupan keislaman yang rahmatan lil alamin. Ajaran agama
yang perlu dikembangkan adalah ajaran agama yang respek terhadap nilai-nilai
kemanusiaan universal dan menolak semua bentuk diskriminasi, eksploitasi dan
kekerasan atas nama apa pun, termasuk atas nama agama dan Tuhan.
Ajaran
agama demikian pasti berujung pada tumbuhnya masyarakat Muslim yang cinta damai
dan aktif menjaga perdamaian dunia.
Bentuk kerjasama yang dapat dikembangkan, antara lain pendidikan atau pelatihan
imam dan khatib dari Rusia ke Indonesia. Mereka dapat dilatih atau dididik di
Pesantren atau UIN,
pelatihan manajemen bank syariah dan manajemen haji bagi eksekutif muda Islam
Rusia. Pertukaran tenaga pengajar, muballigh dan mahasiswa, serta melakukan
penelitian sosial-keagamaan bersama.
Menikmati indahnya malam di sepanjang Sungai Moscow
Selain itu, kedua negara (Rusia dan Indonesia) juga dikenal
sebagai negara yang memiliki penduduk yang heterogen dari aspek agama dan
kepercayaan. Terlebih lagi melihat munculnya gairah keagamaan dalam masyarakat
Rusia pasca Komunisme. Penting bagi Rusia memikirkan agar pertumbuhan gairah
kehidupan beragama tersebut tidak menjadi bumerang bagi cita-cita Rusia baru
yang telah memilih untuk menjadi negara yang modern, terbuka dan demokratis.
Gairah keagamaan boleh tumbuh, tetapi nilai-nilai keagamaan
yang berkembang di masyarakat bukanlah nilai-nilai yang berseberangan dengan
prinsip-prinsip demokrasi dan nilai-nilai kemanusiaan universal. Dalam konteks
ini, Rusia perlu belajar dari Indonesia. Meski Indonesia masih menghadapi
sejumlah kendala, namun dalam banyak hal dapat dikatakan telah sukses membangun
kerukunan hidup beragama dalam masyarakatnya yang sangat heterogen, termasuk
dalam hal agama dan kepercayaan.
Salah satu bentuk upaya membangun
perdamaian dan kerukunan di antara umat beragama yang sangat majemuk adalah
melalui interfaith dialog, dialog antar agama dan kepercayaan. Yang
dimaksudkan di sini, dialog agama bukanlah sekedar face-to-face
conversations seperti
dalam
seminar, diskusi, simposium, workshop, lokakarya, atau dalam forum-forum debat
publik formal yang melibatkan berbagai kelompok keagamaan. Bukan sekedar bertemu tanpa makna yang konkret.
Dialog
agama adalah proses komunikasi yang terus-menerus dilakukan
untuk
memahami pemikiran, worldviews, ajaran, tradisi, budaya, pemahaman,
sistem kepercayaan, dan filosofi hidup komunitas keagamaan lain (outsiders).
Dialog hanya akan efektif manakala masing-masing
partisipan memiliki niat tulus dan
komitmen kuat untuk mempelajari dan memahami argumen dan perspektif pemikiran
keagamaan kelompok lain. Selama dua
syarat
ini belum terpenuhi, maka sesungguhnya dialog agama itu tidak pernah terwujud
meskipun lembaga-lembaga interfaith dialog bertebaran dimana-mana.
Dialog agama bukan
hanya terbatas pada bentuk wacana
semata,
melainkan juga dalam bentuk aksi-aksi
konkret,
misalnya aktivitas antar kelompok agama dalam bentuk aksi-aksi kemanusiaan
seperti kolaborasi lintas-agama menangani
problem kemanusiaan yang sangat krusial dewasa ini seperti: kemiskinan, pengangguran, konflik kekerasan, kelaparan, bencana alam, pengungsian, trafficking in women and children, penyakit HIV/Aids dan penyakit menular lainnya,
kehancuran lingkungan dan sebagainya. Model dialog agama ini
disebut humanity model atau practice model.
Singkatnya,
kedua negara Rusia dan Indonesia sangat perlu bekerjasama memasyarakatkan
dialog agama yang konstruktif dan kontinu sebagai jembatan atau jalan menuju
masyarakat agama yang humanis dan pluralis, yaitu masyarakat agama yang akan
menjadi pilar utama dalam bangunan negara demokrasi.
Bentuk konkret kerjasama, antara lain kerjasama lintas agama memerangi korupsi,
narkotika, kekerasan dan terorisme, pendidikan interfaith dialogue bagi
para pemuda, pendidikan multikulturalisme di sekolah-sekolah agama, Pelatihan
Multikulturalisme bagi para pemuka agama dan perkemahan pemuda lintas agama (Interfaith
Youth Camp).
Bersama rombongan Kominfo dan Dubes R.I di Moscow
Tidak ada komentar:
Posting Komentar