Kamis, 14 Juni 2018

Mensyukuri Usia Panjang




Umumnya, kita semua bangga dengan umur yang panjang. Namun, perlu kita sadari sepenuhnya bahwa tidak semua umur panjang itu baik, ada umur panjang yang tidak baik. Untuk itu, marilah kita perhatikan sebuah hadis Rasulullah sebagai berikut:

خَيْرُ النَّاسِ مَنْ طَالَ عُمْرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ وَشَرُّ النَّاسِ مَنْ طَالَ عُمْرُهُ وَسَاءَ عَمَلُهُ.

Orang yang paling baik di mata Allah dan rasul-Nya adalah orang yang umurnya panjang dan amalnya baik, sedangkan orang yang paling buruk adalah orang yang diberi usia pajang, tetapi amalnya buruk.

Hadis tersebut menegaskan bahwa meskipun manusia mempunyai jumlah umur yang sama dari sisi kuantitasnya, tetapi yang akan dilihat dan dijadikan patokan adalah pada amalnya. Kalau umur panjang itu diisi dengan amal-amal yang baik, maka itulah manusia terbaik. Sebaliknya, kalau usia yang panjang itu padat dengan perilaku jahat, maka itulah manusia yang paling jahat.

Kita semua tentu tidak ingin masuk pada kelompok yang kedua, yang usianya panjang, tetapi isinya melulu kejahatan. Yang kita inginkan adalah agar kita termasuk dalam kelompok pertama, sebagai manusia terbaik: dianugerahi usia panjang dan juga kemampuan mengamalkan amal-amal yang baik.

Kita harus memanfaatkan umur dengan sebaik-baiknya, yakni mengisinya dengan aktivitas dan kerja-kerja yang dapat memberikan manfaat bagi kehidupan kita secara individual, bermanfaat bagi keluarga, bermanfaat bagi masyarakat, bermanfaat bagi bangsa dan Negara, dan juga bermanfaat bagi kehidupan alam semesta. 

Dunia adalah tempat untuk menciptakan amal-amal baik, sedangkan akhirat untuk menikmati hasil dari amal baik.Kalau ajal kita tiba, maka tidak akan mungkin beramal lagi,tidak mungkin memperbaiki kekurangan diri, sesuai hadis Rasulullah yang sangat popular:

اغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ: 1) حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ 2) شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ 3) صِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ 4) فِرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ 5) غِنَاءَكَ قَبْلَ فَقْرِكَ.

Gunakanlah 5 hal sebelum 5 hal lainnya datang: 1)gunakan masa hidupmu sebelum kematian datang, 2) gunakan masa mudamu sebelum masa tuamu datang, 3) gunakan masa sehatmu sebelum sakit datang, 4) gunakan masa luangmu sebelum masa sibukmu datang, dan gunakan masa kayamu sebelum masa miskinmu datang.
Mengapa pada saat kita berada pada 5 hal yang pertama itu diperintahkan untuk dimanfaatkan, karena pada saat itulah kita memiliki kekuatan, kemampuan, dan kesempatan, sementara pada 5 keadaan lainnya kita menjadi lemah, tidak berdaya, dan kita tidak mempunyai kesempatan lagi untuk berkarya dan beramal. Pada kondisi yang kedua biasanya manusia hanya berangan-angan dan berandai-andai penuh penyesalan.

Di dalam mengisi dan menjalani usia kita yang panjang itu, diakui atau tidak, pasti ada dua kategori perbuatan yang dilakukan, sesuai dengan kandungan hadis di atas, yaitu amal baik dan amal buruk. Setiap manusia dapat melakukan itu, baik atau buruk. Tidak ada satu pun manusia yang bisa lepas dari 2 kategori itu, ada kebaikannya ada pula keburukannya. 

Kalau ada manusia yang hanya melakukan kebajikan, itu pada hakikatnya bukanlah manusia, tetapi malaikat. Malaikat tidak pernah berbuat kesalahan dan maksiat kepada Allah. Kalau ada manusia yang hanya melakukan kejahatan, tidak ada kebaikannya sedikit pun, ia pada hakikatnya bukanlah manusia, melainkan syetan.

Dalam pandangan Islam, setiap manusia secara fitri memiliki 2 potensi yang berlawanan, seperti disebutkan dalam S. al-Syams [91]: 7

Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya). Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu. Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.

Dua potensi tersebut selalu mendorong manusia untuk berbuat. Potensi buruk akan mendorong manusia untuk berbuat buruk, sedangkan potensi baik mendorong manusia untuk berbuat baik. Kedua potensi ini selalu berusaha untuk berebut kemenangan dan kekuasaan terhadap jiwa manusia. Potensi buruk mencoba merebut kemenangan dan saat itulah ia mengantar manusia kepada keburukan dan potensi baik mengantar manusia kepada kebaikan. 

Manusia dapat selalu menjaga dirinya agar berbuat kebajikan, dan terhindar dari kejahatan. Upaya membentengi diri dari perbuatan jahat dan tercela itu diungkapkan oleh Rasulullah dalam sebuah hadisnya:

عَنْ أَبِي ذَرٍّ قَالَ قَالَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اتَّقِ اللَّهِ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعْ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ. رواه الترمذي.

Dari Abu Dzarri, ia berkata bahwa Rasulullah saw pernah berpesan kepadaku: bertakwalah kepada Allah di mana saja engkau berada, setiap kejahatan yang pernah dilakukan hendaknya diikuti dengan amal kebaikan. Sebab, kebaikan itu akan menghapusnya, dan bergaullah kepada sesama dengan pergaulan yang baik. HR. Tirmidzi).

Bertakwa artinya menjaga diri dari siksaan Allah swt dengan cara mentaati dan melaksanakan segala perintahnya, dan menjaga diri dan meninggalkan hal-hal yang dilarang. Ketakwaan itu yang selalu mengingatkan kita untuk berbuat kebaikan dan kebajikan. Ketakwaan itu membuat kita takut dan malu kepada Allah jika melakukan perbuatan yang bertentangan dengan perintah Allah, dan ketakwaan itu pula yang membuat kita selalu menjaga diri dari perbuatan buruk, perbuatan tercela, dan perbuatan dosa.

Rasulullah selalu berpesan untuk menjaga hubungan yang baik dengan Allah. Hubungan itu harus tetap langgeng (istiqamah), setiap waktu, setiap saat, kapan saja dan di mana saja kita berada. Takwa kepada Allah tidak mengenal batas waktu dan tempat. Rasulullah juga memerintahkan umatnya untuk berbuat dan bergaul dengan sesama manusia dengan pergaulan yang baik. Pergaulan yang baik itu dalam rangka menjaga hubungan yang baik dengan sesama. Menjaga hubungan dengan Allah sama pentingnya dengan menjaga hubungan dengan sesama manusia. Tindakan inilah yang disebut dengan menjaga hablun minallah dan hablun minan-nas.

Waktu hidup dalam bentuk umur yang dianugerahkan kepada kita menjadi sia-sia dan tidak berguna apabila tidak diisi dan digunakan dalam rangka beriman dan beramal shaleh. Waktu berjalan terus, usiapun bertambah terus, dan berkurang terus dari hari ke sehari, dari waktu ke waktu, tanpa terasa. Yang jelas bahwa orang-orang yang tidak memanfaatkan waktu dengan baik pastilah sangat merugi. Hal ini seperti yang ditegaskan oeh Allah di dalam S. al-Ashr [103]: 1-3:

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan saling nasehat-menasehati supaya mentaati kebenaran dan juga saling naseha-menasehati supaya teguh dalam kesabaran.

Waktu berjalan terus, dan tidak akan pernah datang lagi. Waktu yang sudah melewati umur kita tidak akan pernah kembali lagi, dan kita pun akan menjalani umur kita dengan waktu yang lain, dan tak akan lama lagi (tidak ada satu pun di antara kita yang tahu) kita akan mengakhiri perjalanan umur kita dengan datangnya ajal yang menjemput. Boleh jadi sore ini di antara kita ada yang dipanggil kembali oleh Allah, dan ini pertanda bahwa waktu kita tinggal beberapa jam lagi. Boleh jadi di antara kita, malam nanti, besok pagi, besok siang dan seterusnya. Semuanya tidak ada yang dapat memastikan. Itulah rahasia Tuhan.

Kematian biasanya datang dengan tiba-tiba, tak ada pemberitahuan awal kepada kita. Semua kekuatan yang kita miliki tidak akan mampu menghalangi kedatangan maut kepada. Kalau maut sudah datang, tidak ada yang mampu menundanya. Kita tidak akan dapat menyembunyikan diri sekalipun berada di dalam benteng yang kokoh dan tinggi. Sebagaimana digambarkan Allah dalam S. al-Nisa’ [4]: 78: “Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokokh.”

Marilah mengisi hidup kita masing-masing, yang tua dengan segala keterbatasannya, dan yang muda dengan segala kekuatannya yang masih prima, untuk melakukan kebajikan-kebajikan yang tertuang di dalam 3 perintah Rasulullah dalam sabdanya sebagai berikut:

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ خَطَبَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوبُوا إِلَى اللَّهِ قَبْلَ أَنْ تَمُوتُوا وَبَادِرُوا بِالْأَعْمَالِ الصَّالِحَةِ قَبْلَ أَنْ تُشْغَلُوا وَصِلُوا الَّذِي بَيْنَكُمْ وَبَيْنَ رَبِّكُمْ بِكَثْرَةِ ذِكْرِكُمْ لَهُ وَكَثْرَةِ الصَّدَقَةِ فِي السِّرِّ وَالْعَلَانِيَةِ تُرْزَقُوا وَتُنْصَرُوا وَتُجْبَرُوا. رواه ابن ماجه.

Dari Jabir bin Abdullah, ia berkata: Rasulullah pernah berpesan kepada kami melalui sebuah khutbahnya, yang berbunyi: Wahai segenap manusia, bertaubatlah kalian kepada Allah sebelum kalian mati; segeralah berbuat kebajikan sebelum kalian mendapat kesempitan; dan jalinlah hubungan yang baik dengan sesama kalian dan dengan Tuhan kalian dengan cara memperbanyak berzikir kepada-Nya, dan dengan memperbanyak bersedekah kepada sesama kalian, baik secara terang-terangan maupun secara sembunyi-sembunyi. Jika kalian melakukan hal demikian, maka kalian akan diberi rezeki oleh Allah, mendapat pertolongan dari-Nya, dan mendapatkan keberkahan”. HR Ibn Majah. 

Ketiga perintah Rasulullah tersebut merupakan kunci kehidupan, yakni bertaubat setiap saat, selalu berbuat kebajikan, dan selalu menjalin hubungan baik dengan sesama manusia dan juga dengan Tuhan melalui zikir dan sedekah. Mereka yang memegang kunci itu dengan baik dalam kehidupannya akan mendapatkan keuntungan dan kemenangan dunia dan akhirat. Mereka inilah orang-orang yang sangat berbahagia dalam hidupnya. Semoga kita semua termasuk di dalamnya. Amin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar