Musdah Mulia
Hari ini umat Baha’i di seluruh dunia berada dalam suka cita
merayakan dwiabad atau genap 200 tahun kelahiran Baha’ullah. Untuk konteks
Indonesia, Majelis Rohani Nasional Baha’i Indonesia memperingati hari
bersejarah Baha’i di Jakarta, tepatnya di Hotel Sari Pan Pacific, Sabtu tanggal
21 Oktober 2017.
Hadir para pemuka agama Baha’i dari berbagai wilayah, wakil
pemerintah, para aktivis perdamaian, pimpinan LSM dan Ormas serta sejumlah
perwakilan agama lain. Acara dibuka dengan beragam doa dalam bentuk nyanyian
dan puisi religi yang membangkitkan rasa spiritual dalam diri mereka yang
betul-betul mendengarkan dengan seksama. Beberapa doa dan sabda Baha’ullah yang
dibacakan bergantian oleh beberapa pemuda terasa sangat menggugah nurani dan
membuatku -tanpa terasa- menitikkan air mata dan muncul semacam perasaan syahdu
dan kerinduan yang dalam akan Sang Khalik
Baha’ullah, Sang Nabi pembawa agama Baha’i lahir di Persia,
tepatnya di kota Teheran, Iran pada tahun 1817. Sebagaimana halnya para pembawa
wahyu agama-agama lain, Baha’ullah juga mendapatkan tantangan dan penolakan
yang luar biasa dari masyarakatnya. Karena wahyu Tuhan yang dibawanya sangat
transformatif dan visioner, beragam siksaan berat dialami sepanjang tugas
kenabiannya, mulai dari dipenjarakan, disiksa dengan dirantai, dihinakan dan
kemudian diusir dari kampung halamannya.
Beliau tidak pernah kembali ke negeri asalnya hingga wafat
di penjara Akka pada tahun 1892. Kota Akka lalu menjadi tempat tersuci umat
Baha’i di seluruh dunia. Semua penderitaan dan penghinaan itu tidak sedikit pun
membuat Bha’ullah lelah dan putus asa mengembangkan ajaran yang diturunkan Tuhan
kepadanya. Sebaliknya, malah membuatnya semakin tegar mendakwahkan ajaran Tuhan
yang intinya ingin mempersatukan semua manusia dalam damai dan bahagia. Dia
rela menderita, berkorban membiarkan dirinya menjadi tawanan dalam
benteng yang kokoh. Itu dilakukan semata untuk kemuliaan manusia.
Demikianlah, cerita kenabian dan kerasulan selalu
menarasikan penderitaan, kedukaan dan kepahitan. Seperti kisah Sang Budha
Gautama, Baha'ullah juga meninggalkan kehidupan mewah dan nyaman untuk
menyebarkan kebenaran dan keadilan. Dia sangat yakin, sudah tiba saatnya
manusia harus berubah ke arah yang lebih baik.
Mengapa para Nabi dan Rasul ditolak? Tiada lain karena
mayoritas masyarakat belum mampu menerima perubahan ke arah kebaikan dan
perdamaian. Umumnya masyarakat memilih untuk hidup seperti apa yang telah
dijalani orang tua dan leluhur mereka. Perubahan yang akan membuat semua
manusia setara dan sederajat serta hidup tanpa kasta sehingga sulit terjadi
diskriminasi, eksploitasi dan kekerasan. Berubah adalah sesuatu yang paling
menakutkan bagi umumnya masyarakat, terutama mereka yang telah menikmati
kemapanan dan kenyamanan hidup.
Kini agama Baha’i tersebar di 191 negara di dunia terdiri
dari 46 wilayah territorial, dengan sejumlah 182 Majelis Nasional. Orang-orang
Baha’i secara individu atau kolektif berusaha keras untuk menyelaraskan diri
dengan daya-daya yang terkait dengan terwujudnya persatuan umat manusia. Mereka
yakin bahwa perdamaian harus dicapai melalui proses peningkatan kesadaran umat
manusia yang diperoleh dari proses pendidikan yang sistematis, tanpa prasangka,
dan berdasarkan proses pencarian kebenaran yang mandiri.
Baha'i adalah salah satu agama yang berkembang di Indonesia
jauh sebelum kemerdekaan. Meski dalam kebijakan pemerintah agama ini tidak
termasuk agama yang diakui, namun kehadiran dan juga pertumbuhannya di tanah
air sungguh tidak bisa diingkari. Menurut saya, pengakuan pemerintah terhadap
sebuah agama adalah kebijakan yang keliru. Sebab, kehadiran agama tidak perlu
pengakuan pemerintah.
Kewajiban pemerintah yang utama adalah memenuhi hak-hak
asasi manusia yang paling dasar bagi semua warga, apa pun agama dan
kepercayaannya, baik sebagai manusia merdeka maupun sebagai warga negara penuh.
Bahkan juga bagi warga yang tidak beragama. Pemerintah hendaknya menjamin tidak
ada penganut agama yang mengalami diskriminasi, eksploitasi dan kekerasan
berbasis apa pun, termasuk atas dasar agama sekali pun. Di sinilah pentingnya
umat Baha'i mendapatkan perlakuan setara sebagaimana penganut agama dan
kepercayaan lain di Indonesia.
Baha’ullah datang untuk menyeru manusia tentang cahaya
perubahan. Beliau menyadarkan manusia bahwa semua adalah buah-buah dan
daun-daun dari satu pohon yang sama. Tidak patut ada manusia yang
meninggikan dirinya sendiri sambil merendahkan sesama. Intinya, semua manusia
adalah setara dan sederajat.
Dia mengingatkan umat manusia bahwa hanya dengan persatuan
dan kesatuan maka kedamaian dan kesejahteraan dapat diwujudkan di muka bumi.
Baha’ullah berjanji menyebarkan cahaya kebenaran ke seluruh penjuru dunia dan
menghapus ketidakadilan yang menyengsarakan manusia. Manusia diciptakan dalam
bentuk dan derajat yang mulia. Namun manusia itu sendiri yang merendahkan diri
mereka dengan berbagai dosa dan kesalahan.
Bagi umat Baha’i, perdamaian dunia bukanlah pilihan,
melainkan sebuah keharusan. Perdamaian meyatukan hati semua manusia untuk
menciptakan kebahagiaan duniawi. Berbeda dengan agama lain yang penganutnya senang
mendirikan rumah ibadah. Umat Baha' i belum punya rumah ibadah resmi di
Indonesia. Saya pribadi pernah berkunjung ke rumah ibadah Baha'i di Australia.
Umumnya rumah ibadah Baha'i di berbagai tempat di dunia dikenal dengan
bentuknya yang mengedepankan seni arsitektur yang indah memukau.
Agama Baha'i sangat mengutamakan ajaran tentang persatuan
dan persaudaraan sehingga tidak heran jika umat Baha'i di seluruh dunia
memiliki ikatan solidaritas yang kuat sebagai saudara. Motto umat Baha'i yang
terkenal adalah “Persatuan, Keadilan dan Persaudaraan.” Baha’ullah sangat gigih
memperjuangkan kemanusiaan. Umat Baha'i juga sangat peduli pada pendidikan dan
upaya-upaya transformasi manusia.
Agama Baha’i selalu mengingatkan manusia agar berkolaborasi
menciptakan perdamaian melalui persatuan abadi. Semua manusia juga harus bersatu
melawan ketidakadilan yang menjadi musuh utama semua agama dan kepercayaan.
Simak ajaran Baha’ullah berikut: “Kesejahteraan, kedamaian dan keamanan umat
manusia, tidak mungkin tercapai kecuali bila persatuan telah didirikan dengan
teguh.
Ajaran Bahai sangat kuat mengajarkan cinta dan kasih sayang
untuk semua manusia, bukan hanya kepada sesama manusia, melainkan juga kepada
tumbuhan dan binatang melata di sekitar kita. Semoga ajaran Baha’ullah
menginspirasi kita semua para penganut agama untuk lebih memahami agama
masing-masing dan pada akhirnya kita semua dibimbing Tuhan menuju jalan yang
penuh rahmat dan kasih sayang-Nya. Intinya, sebagai sesama umat beragama, kita
semua berada dalam perjalanan yang sama.
Karena itu, sebaiknya kita bergandeng-tangan,
berkolaborasi dan bekerjasama dengan penuh tanggung jawab menghadapi musuh
agama yang paling nyata, yaitu ketidakadilan. Ketidakadilan dalam masyarakat
muncul dalam banyak wajah, seperti korupsi, kemiskinan, ketimpangan sosial dan
ekonomi, kekerasan, termasuk KDRT, sistem politik yang despotik dan tiranik
serta sikap dan perilaku intoleran, hedonistik yang membawa kepada suburnya
kapitalisme dan imperialisme.
Akhirnya, sekali lagi saya ucapkan kepada seluruh umat
Baha’i, Selamat Merayakan Hari Kelahiran Baha’ullah yang ke-200 semoga semua manusia
mendapatkan limpahan kasih Tuhan yang Maha Pengasih.