Klub Kajian Salam
Tema: Memahami Kembali Rukun Islam
ICRP, 5 Januari 2019
(Musdah
Mulia)
Sebagian peserta Kajian Salam bersantai sambil
menikmati hidangan ringan usai kegiatan
Kajian Salam kali ini mengawali Tahun Baru
2019 dengan menyegarkan kembali pemahaman keislaman dengan mengulas hal-hal
yang sangat mendasar, yaitu Rukun Islam. Semua yang megaku umat Islam
pasti tahu Rukun Islam. Persoalannya, apakah pengetahuan tentang rukun Islam
itu sekedar hapalan atau sudah meningkat ke level pemahaman dan penghayatan
atau bahkan sudah sampai pada tahap implementasi dan pengamalan nyata.
Penjelasan tentang rukun Islam terambil
dari sebuah hadis Rasulullah saw. Dikisahkan bahwa malaikat Jibril datang
menemui Rasul dan bertanya tahukan Anda, apa itu rukun Islam. Rasul yang sadar
bahwa yang menemuinya itu Jibril dengan tegas menjawab, yang bertanya jauh lebih tahu
daripada yang ditanya. Jibril lalu menjelaskan: Islam dibangun di atas lima
fondasi: Pertama, syahadat atau bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan
Muhammad adalah rasul-Nya; Kedua, mendirikan shalat; Ketiga, membayarkan zakat;
Keempat, melaksanakan puasa Ramadhan dan Kelima, menunaikan haji bagi yang
mampu. Kelima hal tersebut wajib dijalankan oleh mereka yang mengaku beragama
Islam.
Rukun pertama, syahadat. Dengan syahadat
tersebut umat Islam berkomitmen hanya menuhankan Allah swt dan meyakini
Muhammad saw sebagai Rasul-Nya. Umat Islam berkomitmen tidak menuhankan
tuhan-tuhan lain berupa manusia (penguasa, pengusaha, pemimpin agama dan
seterusnya), atau berupa kekuasaan, harta, ideologi, kemampuan akal, partai
politik, organisasi, suku, dan sebagainya. Tauhid adalah penghambaan diri hanya
kepada Allah swt dengan menaati segala perintah-Nya dan menjauhi segala
larangan-Nya dengan penuh rasa pasrah, cinta, harap dan takut hanya kepada-Nya.
Gambaran Allah yang kita imani termaktub dalam surah Al-Fatihah. Dialah
Tuhan yang Maha Pencipta alam semesta, Maha Pengasih dan Penyayang, Maha
Penguasa Hari Kemudian, Dialah satu-satunya tempat mengabdi dan memohon bantuan
serta memohon petunjuk ke jalan yang lurus.
Memahami tauhid dengan benar akan
mengantarkan kita kepada prinsip kesetaraan manusia. Tauhid dengan tegas
mengajarkan, hanya ada satu Tuhan, selain Dia semuanya hanyalah makhluk.
Berarti semua manusia adalah setara, yaitu setara sebagai makhluk Tuhan.
Prinsip kesetaraan manusia tidak menghendaki adanya pembedaan, diskriminasi,
apalagi eksploitasi terhadap manusia, apa pun alasannya. Semua manusia harus
dihormati karena martabat kemanusiaannya (dignity). Keyakinan bahwa hanya Allah yang patut dipertuhankan dan tidak ada siapapun
dan apapun yang setara dengan Allah, meniscayakan kesamaan dan kesetaraan semua
manusia di hadapan Allah, baik sebagai hamba-Nya maupun sebagai pemimpin di
muka bumi (khalîfah) ini. Manusia,
apa pun identitasnya mengemban tugas ketauhidan yang sama, yakni menyembah
hanya kepada Allah Swt (Q.S. Al-Dzâriyât [51]: 56.)
Tauhid juga membawa kepada prinsip
kebebasan. Semua manusia diberi kebebasan untuk memilih sesuai dengan kemampuan
dan kapasitas yang dimilikinya. Manusia bebas memilih untuk beragama dan tidak
beragama, beriman atau tidak beriman, manusia bebas memilih untuk melaksanakan
amal saleh atau tidak. Namun, manusia yang bijak pasti memilih menjadi orang
beragama dan beriman dengan melakukan amal-amal saleh, bukan sebaliknya. Karena
itu tidak boleh ada pemaksaan dalam bentuk apa pun terhadap manusia terkait
agama dan kepercayaannya. Sebagai manusia, tugas kita hanyalah mengingatkan
dengan cara-cara damai dan bijak, bukan memaksa apalagi bersikap anarkis. Penghayatan
rukun pertama inilah yang mendasari pengamalan rukun Islam lainnya.
Rukun kedua, shalat lima waktu. Shalat
adalah rangkaian kegiatan ibadah yang terdiri atas ucapan (bacaan) dan
perbuatan (gerakan) yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan
salam. Ada beragam jenis shalat, tapi yang diwajibkan hanyalah shalat lima
waktu. Fungsi shalat sangat banyak, di antaranya menjauhkan pelakunya dari
perbuatan keji dan mungkar (Q.s. 29:45). Ini yang terpenting, kita harus
introspeksi setiap saat, apakah shalat mengubah kita menjadi manusia yang baik
dan bijak? Shalat juga sebagai media memohon pertolongan Allah dalam menjalani
kehidupan (Q.s. 2:45, 153), sarana mengingat Allah (Q.s. 20:14), sarana
mendapatkan ketenangan jiwa (Q.s. 70:22, 23, 34), sarana mendapatkan kemuliaan
di sisi Allah (Q.s. 4:162; 13:22; 23:2,9; 24:37); 35:29, 87:15), dan agar
terhindar dari siksa neraka (Q.s. 74:43, 107:4,5).
Shalat juga dapat menanamkan rasa
solidaritas di antara sesama jamaah yang melakukan shalat. Seorang imam shalat,
walaupun ia pemimpin di dalam shalat itu, harus memiliki rasa solidaritas
terhadap sesamanya. Imam tidak boleh membaca bacaan-bacan yang terlalu panjang
jika dia mengetahui bahwa ada di antara makmumnya yang sudah udzur yang tidak
memungkin baginya untuk berdiri berlama-lama di dalam shalat. Shalat
mengajarkan kesabaran, kedisiplinan dan solidaritas kemanusiaan.
Rukun ketiga, zakat. Islam
tidak melarang manusia menikmati kesenangan dunia, termasuk memiliki harta yang
banyak, bahkan dilansir sebagai hal yang alamiah dalam diri manusia. Islam
hanya menjelaskan bahwa kehidupan di dunia dengan segala kenikmatannya bukanlah
kehidupan yang kekal, melainkan kehidupan yang bersifat sementara. Masih ada
kehidupan lain yang lebih panjang dan abadi, itulah kehidupan akhirat.
Penjelasan ini mengarahkan manusia agar tidak terjebak pada pola hidup konsumeristik,
materialistis dan hedonistis, serta lebih mengorientasikan kehidupannya pada
kehidupan di akhirat nanti. Dengan ungkapan lain, kepemilikan mutlak hanya ada
pada Allah, sementara kepemilikan manusia bersifat relatif. Manusia mendapatkan
hak kepemilikan tersebut dalam fungsinya sebagai khalifah Allah di muka bumi.
Sebagai mustakhlif (pihak yang diberi kepercayaan), manusia diberi
wewenang untuk mengolah, mengelola, dan mengambil manfaat dari apa yang ada di
muka bumi ini sesuai dengan pesan atau titipan yang memberinya demi
kemaslahatan manusia dan alam semesta.
Islam mengajarkan bahwa dalam setiap harta yang kita peroleh
didalamnya terkandung hak orang lain dan ini mengindikasikan pentingnya
menyalurkan harta untuk kepentingan social, kepentingan kemanusiaan. Keimanan
seorang Muslim belum sempurna selama ia belum mendistribusikan hartanya. Ini
semua menyimpulkan betapa Islam sangat memperhatikan keadilan sosial (social
justice). Adapun mengenai
pendistribusian harta, ada beberapa cara yang ditunjukkan, dan secara umum dapat diklasifikasikan kedalam
dua kategori, yakni pengeluaran wajib dalam bentuk zakat, dan pengeluaran
sukarela dalam bentuk infak dan sadaqah. Idealnya, pendistribusian harta
melalui zakat, infak dan sadaqah dilakukan dengan motif semata-mata untuk
mendekatkan diri kepada Allah demi mendapatkan ridha-Nya. Namun, sangat
disayangkan dalam realitasnya masih banyak dijumpai orang-orang yang
mendistribusikan harta demi kepentingan duniawi, seperti untuk mendapatkan
pujian manusia, untuk mendapatkan promosi dan peningkatan status sosial.
Rukun
keempat, puasa Ramadhan. Puasa Ramadhan adalah sebuah mekanisme pensucian diri
agar mendapatkan posisi sebagai manusia takwa. Qur’an menegaskan, kewajiban
puasa dimaksudkan agar orang beriman menjadi lebih takwa. (al-Baqarah, 2:183). Ketakwaan
seseorang tercermin dalam perilaku sehari-hari atau akhlaknya.
Salah
satu fungsi utama puasa Ramadhan adalah mensucikan jiwa manusia dari semua
godaan hawa nafsu. Logikanya, semakin banyak puasa dilakukan, semakin suci
pulalah jiwa manusia pelakunya. Sebab, puasa mendisiplinkan diri manusia agar
tidak memperturutkan hawa nafsu. Membiasakan puasa dalam kehidupan keluarga, khususnya terhadap
anak-anak, akan mengeliminasi rasa permusuhan dan kebencian. Sebaliknya, puasa
memupuk rasa cinta dan kasih sayang di antara anggota keluarga.
Islam
secara tegas mengajarkan bahwa jiwa manusia pada dasarnya suci. Akan tetapi,
dalam perjalanan hidupnya manusia tercemar oleh berbagai dosa. Pencemaran
terjadi karena dalam diri manusia selalu ada tendensi mengikuti hawa nafsu yang
irasional, dan senantiasa membujuknya berpaling dari fitrah kesucian. Hawa
nafsu merupakan pangkal dari semua penyakit dalam kehidupan manusia. Hawa
nafsu, antara lain berwujud sifat takabur, sombong, arogan, dengki, iri hati,
tamak, serakah, dan semua bentuk perilaku pemenuhan syahwat tanpa batas.
Rukun kelima, haji bagi mereka yang mampu secara fisik, psikis
dan ekonomi. Ibadah haji yang dilaksanakan di tanah haram pada bulan Zulhijjah
adalah wadah pertemuan internasional antara seluruh masyarakat muslim yang
berasal dari seluruh dunia. Mereka pada saat itu berkumpul di tempat yang sama,
dengan pakaian yang sama, dan tujuan yang sama, yaitu mengaharap keridaan dan
pengampunan Allah swt., tanpa ada diskriminasi karena perbedaan bangsa, warna
kulit, dan bahasa yang digunakan.
Ibadah haji tidak hanya semata-semata ditujukan untuk
menjaga hubungan baik dengan Allah, tetapi juga menjaga hubungan baik dengan
diri sendiri, sesama manusia, dan menjaga hubungan baik dengan alam. Pada saat
berihram, dilarang membunuh hewan sekecil apapun, dilarang memotong pohon-pohon
yang ada di sekitar kita. Larangan ini terkait dengan upaya menjaga hubungan
baik dengan alam dan lingkungan sekitar. Pada saat berihram, kita juga dilarang
bertengkar dengan sesama, tidak boleh menyakiti orang lain. Larangan ini
terkait upaya menjaga hubungan baik dengan sesama. Rasulullah menyatakan bahwa
“Siapa yang melaksanakan ibadah haji, lalu tidak mengucapkan kata-kata kotor,
dan tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan agama, maka ia dibersihkan
dari dosanya bagaikan seorang bayi yang baru lahir”.
Jelas
terlihat bahwa seluruh rukun Islam berujung pada upaya perbaikan dan
peningkatan moralitas manusia (akhlak karimah), sebagaimana dinyatakan oleh Rasulullah
saw: “Saya diutus ke dunia semata-mata untuk menyempurnakan akhlak manusia.”
Seyogyanya, semakin seseorang bertekun dalam menjalankan rukun Islam, maka ia
semakin bermoral, semakin berempati kepada sesama dan semakin peduli pada
lingkungan. Itulah ciri-ciri utama orang takwa. Pengamalan rukun Islam
sepenuhnya untuk kemaslahatan dan kebaikan manusia serta kedamaian dan
keharmonisan semua makhluk di alam semesta. Wallahu a’lam bi shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar