Minggu, 06 Januari 2019

Klub Kajian Salam Tema: Memahami Kembali Rukun Islam

Klub Kajian Salam

Tema: Memahami Kembali Rukun Islam
ICRP, 5 Januari 2019
(Musdah Mulia)

Sebagian peserta Kajian Salam bersantai sambil menikmati hidangan ringan usai kegiatan

Kajian Salam kali ini mengawali Tahun Baru 2019 dengan menyegarkan kembali pemahaman keislaman dengan mengulas hal-hal yang sangat mendasar, yaitu Rukun Islam. Semua yang megaku umat Islam pasti tahu Rukun Islam. Persoalannya, apakah pengetahuan tentang rukun Islam itu sekedar hapalan atau sudah meningkat ke level pemahaman dan penghayatan atau bahkan sudah sampai pada tahap implementasi dan pengamalan nyata.

Penjelasan tentang rukun Islam terambil dari sebuah hadis Rasulullah saw. Dikisahkan bahwa malaikat Jibril datang menemui Rasul dan bertanya tahukan Anda, apa itu rukun Islam. Rasul yang sadar bahwa yang menemuinya itu Jibril dengan tegas  menjawab, yang bertanya jauh lebih tahu daripada yang ditanya. Jibril lalu menjelaskan: Islam dibangun di atas lima fondasi: Pertama, syahadat atau bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah rasul-Nya; Kedua, mendirikan shalat; Ketiga, membayarkan zakat; Keempat, melaksanakan puasa Ramadhan dan Kelima, menunaikan haji bagi yang mampu. Kelima hal tersebut wajib dijalankan oleh mereka yang mengaku beragama Islam.

Rukun pertama, syahadat. Dengan syahadat tersebut umat Islam berkomitmen hanya menuhankan Allah swt dan meyakini Muhammad saw sebagai Rasul-Nya. Umat Islam berkomitmen tidak menuhankan tuhan-tuhan lain berupa manusia (penguasa, pengusaha, pemimpin agama dan seterusnya), atau berupa kekuasaan, harta, ideologi, kemampuan akal, partai politik, organisasi, suku, dan sebagainya. Tauhid adalah penghambaan diri hanya kepada Allah swt dengan menaati segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya dengan penuh rasa pasrah, cinta, harap dan takut hanya kepada-Nya. Gambaran Allah yang kita imani termaktub dalam surah Al-Fatihah. Dialah Tuhan yang Maha Pencipta alam semesta, Maha Pengasih dan Penyayang, Maha Penguasa Hari Kemudian, Dialah satu-satunya tempat mengabdi dan memohon bantuan serta memohon petunjuk ke jalan yang lurus.

Memahami tauhid dengan benar akan mengantarkan kita kepada prinsip kesetaraan manusia. Tauhid dengan tegas mengajarkan, hanya ada satu Tuhan, selain Dia semuanya hanyalah makhluk. Berarti semua manusia adalah setara, yaitu setara sebagai makhluk Tuhan. Prinsip kesetaraan manusia tidak menghendaki adanya pembedaan, diskriminasi, apalagi eksploitasi terhadap manusia, apa pun alasannya. Semua manusia harus dihormati karena martabat kemanusiaannya (dignity). Keyakinan bahwa hanya Allah yang patut dipertuhankan dan tidak ada siapapun dan apapun yang setara dengan Allah, meniscayakan kesamaan dan kesetaraan semua manusia di hadapan Allah, baik sebagai hamba-Nya maupun sebagai pemimpin di muka bumi (khalîfah) ini. Manusia, apa pun identitasnya mengemban tugas ketauhidan yang sama, yakni menyembah hanya kepada Allah Swt (Q.S. Al-Dzâriyât [51]: 56.)

Tauhid juga membawa kepada prinsip kebebasan. Semua manusia diberi kebebasan untuk memilih sesuai dengan kemampuan dan kapasitas yang dimilikinya. Manusia bebas memilih untuk beragama dan tidak beragama, beriman atau tidak beriman, manusia bebas memilih untuk melaksanakan amal saleh atau tidak. Namun, manusia yang bijak pasti memilih menjadi orang beragama dan beriman dengan melakukan amal-amal saleh, bukan sebaliknya. Karena itu tidak boleh ada pemaksaan dalam bentuk apa pun terhadap manusia terkait agama dan kepercayaannya. Sebagai manusia, tugas kita hanyalah mengingatkan dengan cara-cara damai dan bijak, bukan memaksa apalagi bersikap anarkis. Penghayatan rukun pertama inilah yang mendasari pengamalan rukun Islam lainnya.

Rukun kedua, shalat lima waktu. Shalat adalah rangkaian kegiatan ibadah yang terdiri atas ucapan (bacaan) dan perbuatan (gerakan) yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam. Ada beragam jenis shalat, tapi yang diwajibkan hanyalah shalat lima waktu. Fungsi shalat sangat banyak, di antaranya menjauhkan pelakunya dari perbuatan keji dan mungkar (Q.s. 29:45). Ini yang terpenting, kita harus introspeksi setiap saat, apakah shalat mengubah kita menjadi manusia yang baik dan bijak? Shalat juga sebagai media memohon pertolongan Allah dalam menjalani kehidupan (Q.s. 2:45, 153), sarana mengingat Allah (Q.s. 20:14), sarana mendapatkan ketenangan jiwa (Q.s. 70:22, 23, 34), sarana mendapatkan kemuliaan di sisi Allah (Q.s. 4:162; 13:22; 23:2,9; 24:37); 35:29, 87:15), dan agar terhindar dari siksa neraka (Q.s. 74:43, 107:4,5).

Shalat juga dapat menanamkan rasa solidaritas di antara sesama jamaah yang melakukan shalat. Seorang imam shalat, walaupun ia pemimpin di dalam shalat itu, harus memiliki rasa solidaritas terhadap sesamanya. Imam tidak boleh membaca bacaan-bacan yang terlalu panjang jika dia mengetahui bahwa ada di antara makmumnya yang sudah udzur yang tidak memungkin baginya untuk berdiri berlama-lama di dalam shalat. Shalat mengajarkan kesabaran, kedisiplinan dan solidaritas kemanusiaan.


Rukun ketiga, zakat. Islam tidak melarang manusia menikmati kesenangan dunia, termasuk memiliki harta yang banyak, bahkan dilansir sebagai hal yang alamiah dalam diri manusia. Islam hanya menjelaskan bahwa kehidupan di dunia dengan segala kenikmatannya bukanlah kehidupan yang kekal, melainkan kehidupan yang bersifat sementara. Masih ada kehidupan lain yang lebih panjang dan abadi, itulah kehidupan akhirat. Penjelasan ini mengarahkan manusia agar tidak terjebak pada pola hidup konsumeristik, materialistis dan hedonistis, serta lebih mengorientasikan kehidupannya pada kehidupan di akhirat nanti. Dengan ungkapan lain, kepemilikan mutlak hanya ada pada Allah, sementara kepemilikan manusia bersifat relatif. Manusia mendapatkan hak kepemilikan tersebut dalam fungsinya sebagai khalifah Allah di muka bumi. Sebagai mustakhlif (pihak yang diberi kepercayaan), manusia diberi wewenang untuk mengolah, mengelola, dan mengambil manfaat dari apa yang ada di muka bumi ini sesuai dengan pesan atau titipan yang memberinya demi kemaslahatan manusia dan alam semesta.

Islam mengajarkan bahwa dalam setiap harta yang kita peroleh didalamnya terkandung hak orang lain dan ini mengindikasikan pentingnya menyalurkan harta untuk kepentingan social, kepentingan kemanusiaan. Keimanan seorang Muslim belum sempurna selama ia belum mendistribusikan hartanya. Ini semua menyimpulkan betapa Islam sangat memperhatikan keadilan sosial (social justice).  Adapun mengenai pendistribusian harta, ada beberapa cara yang ditunjukkan, dan  secara umum dapat diklasifikasikan kedalam dua kategori, yakni pengeluaran wajib dalam bentuk zakat, dan pengeluaran sukarela dalam bentuk infak dan sadaqah. Idealnya, pendistribusian harta melalui zakat, infak dan sadaqah dilakukan dengan motif semata-mata untuk mendekatkan diri kepada Allah demi mendapatkan ridha-Nya. Namun, sangat disayangkan dalam realitasnya masih banyak dijumpai orang-orang yang mendistribusikan harta demi kepentingan duniawi, seperti untuk mendapatkan pujian manusia, untuk mendapatkan promosi dan peningkatan status sosial.

Rukun keempat, puasa Ramadhan. Puasa Ramadhan adalah sebuah mekanisme pensucian diri agar mendapatkan posisi sebagai manusia takwa. Qur’an menegaskan, kewajiban puasa dimaksudkan agar orang beriman menjadi lebih takwa. (al-Baqarah, 2:183). Ketakwaan seseorang tercermin dalam perilaku sehari-hari atau akhlaknya.

Salah satu fungsi utama puasa Ramadhan adalah mensucikan jiwa manusia dari semua godaan hawa nafsu. Logikanya, semakin banyak puasa dilakukan, semakin suci pulalah jiwa manusia pelakunya. Sebab, puasa mendisiplinkan diri manusia agar tidak memperturutkan hawa nafsu. Membiasakan puasa dalam kehidupan keluarga, khususnya terhadap anak-anak, akan mengeliminasi rasa permusuhan dan kebencian. Sebaliknya, puasa memupuk rasa cinta dan kasih sayang di antara anggota keluarga.

Islam secara tegas mengajarkan bahwa jiwa manusia pada dasarnya suci. Akan tetapi, dalam perjalanan hidupnya manusia tercemar oleh berbagai dosa. Pencemaran terjadi karena dalam diri manusia selalu ada tendensi mengikuti hawa nafsu yang irasional, dan senantiasa membujuknya berpaling dari fitrah kesucian. Hawa nafsu merupakan pangkal dari semua penyakit dalam kehidupan manusia. Hawa nafsu, antara lain berwujud sifat takabur, sombong, arogan, dengki, iri hati, tamak, serakah, dan semua bentuk perilaku pemenuhan syahwat tanpa batas.

Rukun kelima, haji bagi mereka yang mampu secara fisik, psikis dan ekonomi. Ibadah haji yang dilaksanakan di tanah haram pada bulan Zulhijjah adalah wadah pertemuan internasional antara seluruh masyarakat muslim yang berasal dari seluruh dunia. Mereka pada saat itu berkumpul di tempat yang sama, dengan pakaian yang sama, dan tujuan yang sama, yaitu mengaharap keridaan dan pengampunan Allah swt., tanpa ada diskriminasi karena perbedaan bangsa, warna kulit, dan bahasa yang digunakan.

Ibadah haji tidak hanya semata-semata ditujukan untuk menjaga hubungan baik dengan Allah, tetapi juga menjaga hubungan baik dengan diri sendiri, sesama manusia, dan menjaga hubungan baik dengan alam. Pada saat berihram, dilarang membunuh hewan sekecil apapun, dilarang memotong pohon-pohon yang ada di sekitar kita. Larangan ini terkait dengan upaya menjaga hubungan baik dengan alam dan lingkungan sekitar. Pada saat berihram, kita juga dilarang bertengkar dengan sesama, tidak boleh menyakiti orang lain. Larangan ini terkait upaya menjaga hubungan baik dengan sesama. Rasulullah menyatakan bahwa “Siapa yang melaksanakan ibadah haji, lalu tidak mengucapkan kata-kata kotor, dan tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan agama, maka ia dibersihkan dari dosanya bagaikan seorang bayi yang baru lahir”.
  
Jelas terlihat bahwa seluruh rukun Islam berujung pada upaya perbaikan dan peningkatan moralitas manusia (akhlak karimah), sebagaimana dinyatakan oleh Rasulullah saw: “Saya diutus ke dunia semata-mata untuk menyempurnakan akhlak manusia.” Seyogyanya, semakin seseorang bertekun dalam menjalankan rukun Islam, maka ia semakin bermoral, semakin berempati kepada sesama dan semakin peduli pada lingkungan. Itulah ciri-ciri utama orang takwa. Pengamalan rukun Islam sepenuhnya untuk kemaslahatan dan kebaikan manusia serta kedamaian dan keharmonisan semua makhluk di alam semesta. Wallahu a’lam bi shawab.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar