Jumat, 14 Juli 2017

Konferensi Internasional tentang Perdamaian, Jerman 14-17 Juli 2017

Menghadiri Konferensi Internasional tentang Perdamaian, tempatnya di atas bukit yg dikenal dg The Holy Mount di Wuppertal, Jerman. Acara utama berlangsung 14-17 Juli 2017, dan sblm itu acara kunjungan ke komunitas interfaith dialog dan rumah2 ibadah.
Tahun ini mengambil tema: Peace among the People: Interreligious Action for Peace and Inclusive Communities.
Peserta lebih dari 100 orang mewakili berbagai agama dan datang dari mancanegara. Dari Indonesia hadir Ketua Umum Persekutuan Gereja Indonesia, wakil Muhammadiyah, wakil Hindu dan Budha dan saya.
Sebelum Konferensi ada acara kunjungan ke berbagai komunitas agama. Dimulai dg mengunjungi komunitas Yahudi dan Sinagognya di kota Unna. Lalu, ke Gereja Katholik di Duisburg Marxloh dan kunjungan terakhir ke Merkez-Mosque (Mesjid Jami') yg berdekatan dg Gereja tadi.
Di komunitas Yahudi kami mengunjungi Stumbling Stones, sebuah tempat utk menyelamatkan para korban kekejaman Nazi. Sekarang berubah menjadi the Saint Bonifatius retirement and nursing home in the city of Unna, Jerman.
Tempat ini mengingatkan kekejaman Nazi terhadap Orang Yahudi selama Perang Dunia seperti yg terjadi di Auschwitz, Polandia.
Namun, kini tempat tsb diubah menjadi Panti Jompo yg sangat menyenangkan dan memanusiakan kelompok manula. Rumah masa depan buat para manula, demikian komentar banyak peserta.
Menarik dicatat, bhw di Jerman semua perilaku kekejaman Nazi didokumentasikan dg baik agar generasi berikut dapat belajar utk menghindarinya. Never again!!!
Semua bentuk kekejaman yg pernah terjadi dlm sejarah harus diakhiri. Hanya dg cara itu kita dapat membangun hidup harmoni dan bahagia.
Kami sempat mampir ke Sinagog Yahudi, HaKochaw Unna yg dikenal sebagai Sinagog liberal. Sinagog ini dipimpin oleh Rabbi perempuan bernama Alexandra Khariakova, asal Ukraina, dulu bagian dari Uni Soviet.
Tentu saja keberadaan Rabbi perempuan dalam Sinagog ini bukanlah sesuatu yg datang begitu saja, melainkan hasil perjuangan yg sangat panjang, khususnya para perempuan Yahudi. Mrk selama ini mengalami banyak perlakuan diskriminatif dari Sinagog. Karenanya mrk bertekad mendirikan Sinagog sendiri yg berbeda dg Sinagog orthodoks.
Dimulai tahun 2007 beberapa perempuan Yahudi menggagas pembangunan Sinagog baru di wilayah Unna. Mereka ingin mengorganisasikan orang-orang Yahudi di wilayah Unna agar dapat menyelenggarakan ibadah sendiri dan membuka diri bagi kelompok lain.
Di Jerman sekarang ada 7 Rabbi perempuan. Sebuah progres yg masih harus diperjuangkan oleh komunitas Yahudi di tempat lain, termasuk di tempat lahirnya sendiri, yakni di Palestina.
Masy Yahudi di Unna adl kelompok liberal Yahudi. Bedanya Yahudi Liberal dan Yahudi Orthodoks adl bhw dlm Yahudi Liberal perempuan bisa menjadi Rabbi, bahkan diangkat sbg pemimpin Sinagog. Perempuan juga boleh membaca Torah dan memimpin semua ritual suci.
Hal lain yg membedakan Sinagog liberal ini dari sinagog lain yg msh ortodoks adalah keterbukaannya menerima kelompok agama lain di luar Yahudi utk berdiskusi dan belajar bersama.
Intinya, kelompok ini terbuka utk interfaith dialogue dan aktivitas kerjasama keagamaan lainnya. Bagi mrk Sinagog hrs menjadi tempat yg terbuka bagi semua manusia.
Gereja Katholik yg kami kunjungi bernama Petershof. Gereja ini membuka diri utk melayani kelompok rentan, termasuk para pengungsi dan pencari kerja dari luar6 Jerman. Aktivitasnya dlm bentuk konseling, pembagian makanan, kursus ketrampilan dan layanan kesehatan.
Terakhir, kami mengunjungi Mesjid Jami yg terbesar di wilayah ini. Bangunannya megah dan luas, dikelola oleh orang2 Turki. Wilayah Marxloh dihuni oleh penduduk yg 70% non-Jerman. Umumnya dari Turki dan negara2 Balkan.
Mesjid ini pun sangat terbuka dg aktivitas interfaith dialogue. Kalau di mesjid lain sulit menerima kunjungan orang2 non-Muslim, di sini kapan pun dapat masuk. Bahkan, para perempuan tdk perlu berkerudung utk masuk dan beraktivitas di dalamnya. 
Mesjid ini bukan hanya utk Shalat, tapi juga utk berbagai aktivitas sosial lain, sep Pendidikan, layanan kesehatan dsb.




Bersama bu Ery, Ketum PG

Mesjid Jami di Morxloh




Mimbar masjid yg megah dan bersih.

Sister Ursula menjelaskan seputar kegiata Gereja St. Petershof.

Suasana tenang dlm Gereja St. Petershof.

Imam perempuan memberikan penjelasan seputar masjid.

Simbol Gereja Katholik St. Petershof

Bersama para perempuan pengelola mesjid Jami, salah satunya adl imam.

Dua orang Rabbi perempuan dan yg berbaju hijau adl pimpinan Sinagog. Memegang mike adl moderator.

Bersama Sekjen Muhammadiyah dan Sekjen PGI.

Di altar Sinagog

Tidak ada komentar:

Posting Komentar