Senin, 08 April 2019

Pentingnya Ibadah Puasa serta Berbagai Aktivitas Sunah



Setiap ibadah (pengabdian dan penyembahan kepada kepada Allah) sekurang-kurangnya mengandung dua hal pokok, yaitu yang primer (wajib) dan yang  sekunder (sunah). Atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa setiap ibadah mempunyai aspek wajib dan aspek sunah.  Yang wajib, kalau dikerjakan mendapat pahala, kalau ditinggalkan mendapat dosa. Dalam hal yang wajib, tidak ada pilihan, harus dikerjakan. Yang sunah, kalau dikerjakan mendapat pahala, tetapi kalau ditinggalkan tidak pula berdosa.

Puasa Ramadhan, dalam Islam, adalah tergolong ibadah wajib. Karena itu, setiap muslim harus berpuasa, tidak boleh tidak. Kalau dia berpuasa akan mendapat ganjaran pahala, yang meninggalkan akan mendapat dosa dan siksaan.

Puasa itu bagaikan sebuah rumah atau sebuah mobil. Sebuah rumah mesti memliki unsur utama dan unsur pelengkap. Unsur utama rumah adalah semua bahagian-bahagian yang penting dari rumah itu, seperti fondasi, dinding, dan atap. Sedangkan unsur pelengkapnya adalah perbaot-perabotnya, seperti kursi, meja, tempat tidur, lemari, dan AC.. Dapat dibayangkan bagaimana rasanya sebuah rumah yang tidak mempunyai perabot..

Demikianlah pula puasa itu, di samping harus memiliki unsur-unsur utama, juga harus dilengkapi dengan unsur-unsur sunah atau pelengkap (aksesori-aksesorinya). Puasa yang tidak dilengkapi dengan aksesori-aksesori itu akan menjadi kering, hanpa, tidak segar, tidak nyaman, tidak menyenangkan, dan tidak menyegarkan. Sebaliknya, puasa yang dilengkapi dengan aksesori-aksesori itu pasti menyenangkan, segar, nyaman, menyegarkan, dsb.

Ada sekian banyak aksesori puasa yang dapat diadakan atau dilakukan oleh seseorang yang berpuasa, di antaranya:
1.     Membaca Al-Qur’an
2.     Berzikir
3.     Qiyamul lail (salat malam)
4.     Bersadakah
5.     I’tikaf di Masjid
6.     Melakukan umrah Ramadhan
7.     Menghidupkan lailatul qadr dengan ibadat
8.     Menunaikan zakat fitrah.
9.     Melaksanakan salat Id al-Fitri

1. Membaca Al-Qur’an
Membaca Al-Qur’an adalah salah satu aksesori penting puasa Ramadhan. Rasulullah pada masa hidupnya senantiasa mengisi bulan Ramadhan dengan membaca Al-Qur’an. Puasa dan membaca Al-Qur’an mempunyai kaitan yang sangat erat, yaitu bahwa Al-Qur’an mulai diturunkan ke bumi ini oleh Allah pada bulan Ramadhan, yaitu pada malam lailatul qadr. Bacalah Al-Qur’an sebanyak-banyaknya. membaca sekurang-kurangnya mencakup pengertian, membaca ayat-ayat Al-Qur’an, memahami maknanya, dan menghayati kandungannya.

Di dalam hadis-hadis Nabi banyak diungkapkan tentang keutamaan membaca Al-Qur’an, di antaranya ialah:
مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا. لاَ أَقُوْلُ الم حَرْفٌ وَلَكِنْ أَقُوْلُ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيْمٌ حَرْفٌ.
“Siapa yang membaca satu huruf dari Al-Qur’an, ia mendapat satu kebajikan, dan satu kebajikan itu dilipadkan sama dengan 10 kebajikan. Alif-lam-mim bukanlah sebuah huruf, tetapi huruf-huruf, yaitu alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf”.

Dalam hadis lain disebutkan: “Siapa yang telah membaca Al-Qur’an sampai khatam (selesai 30 juz), maka seratus malaikat mendoakan keselamatan baginya”.

Pahala yang amat besar pula bagi mereka membaca danb mentadaruskan Al-Qur’an, seperti yang tergambar di dalam hadis Nabi:
مَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِيْ بَيْتٍ مِنْ بُيُوْتِ اللهِ يَتْلُوْنَ كِتَابَ اللهِ وَيَتَدَارَسُوْنَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِيْنَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيْمَا عِنْدَهُ.
“Tidaklah sekelompok orang berkumpul di dalam sebuah rumah untuk membaca Al-Qur’an dan mendiskusikannya di antara mereka, kecuali akan diturunkan oleh Allah kepada mereka sakinah (ketenangan batin, hidup, dan perasaan), akan diliputi ramhat Allah yang maha luas, akan didoakan keselamatannya oleh malaikat, dan akan diingatkan oleh Allah kepada mereka akan kenimatan yang diperolehnya di hari kemudian nanti”.

Di akhirat nanti, menurut hadis Nabi ada dua ibadah penting yang memohon syafaat kepada Allah bagi yang melakukannya, yaitu puasa dan Al-Qur’an.  Kata Rasulullah: “Puasa itu nanti akan memohon kepada Allah: Ya Allah,  aku telah menghalangi ia untuk makan dan minum dan menghalangi untuk berhubungan dengan suami-isterinya di siang hari. Oleh karena itu, berilah syafaat kepadanya. Al-Qur’an juga mengajukan suatu permohonan” “Ya Allah, aku telah menghalanginya untuk tidur pada malam hari. Oleh karena itu berilah syafaat kepadanya. Allah lalu memberi syafaat kepadanya.”

Membaca Al-Qur’an akan berpengaruh dalam menenangkan diri pembacanya, karena Al-Qur’an mengandung berbagai hal, seperti: 1) berita gembira mengenai balasan kebajikan, 2) peringatan akan adanya siksaan bagi yang melanggar perintah agama, 3) nasihat, 4) obat, 5) petunjuk, dan 6) rahmat bagi umat manusia.
2.     Berzikir
Di antara ciri khas bulan Ramadhan adalah memperbanyak zikir. Zikir merupakan aksesoris puasa yang dapat menyempurnakan ibadah itu. Berzikir dan mengingat Allah dalam berbagai kesempatan menjadikan hati seseorang senatiasa berhubungan dan dekat dengan Allah swt.

Banyak ayat Alqur’an yang memerintahkan dan menerangkan manfaat atau kelebihan zikir. Di antaranya ialah surat S. Al-Ahzab (33): 41: Wahai orang-orang yang beriman, ingatlah Allah sebanyak-banyaknya”. S. Al-Jumu‘ah (62): 10 lebih tegas menyatakan: “Perbanyaklah mengingat Allah, semoga kalian beruntung”.

Di dalam banyak hadis Rasulullah menyebutkan kelebihan zikir itu. Di antaranya:“Ketahuilah, sukakah kalian kalau aku menyampaikan kepada kalian pekerjaan paling baik dan paling suci di sisi Tuhanmu, yang paling tinggi dalam darajatmu, dan lebih baik bagi kamu daripada menginfakkan emas dan perak. Mereka menjawab, ya Rasulallah. Rasul lalu menjawab: “Itu adalah zikrullah”. Bahkan dalam hadis lain disebutkan: “Orang yang mendapatkan perlindungan Allah di akhirat nanti, di antaranya ialah orang yang mengingat Allah dalam keadaan sunyi dan air matanya bercucuran karena takut kepada Allah”.

3.     Qiyamul lail (salat malam)
Qiyamul lalil dalam pengertiannya yang umum ialah bangun di waktu malam untuk melakukan ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah swt. Dalam pengertiannya yang khusus ialah melakukan shalat malam, seperti shalat tahajjud dan shalat Tarawih. Kaum muslimin yang dengan kewajiban menjalankan puasa di siang hari sangat dianjurkan untuk melakukan qiyamul lalil pada malam hari. Allah swt. memerintahkan hamba-Nya untuk melakukan qiyamul lalil, demikian pula Rasulullah sangat menganjurkan untuk melakukan qiyamul lail.

Allah swt. telah menggambarkan di dalam Al-Qur’an Surat Az-Zariyat (51): 15-18: yang menyatakan: “Sesungguhnya orang-orang bertakwa berada di dalam taman-taman dan di mata-air mata-air. sambilk mengambil apa yang diberikan kepada mereka oleh Tuhan mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat baik. Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. Dan di akhir-akhir malam, mereka emmohon ampun kepada Allah swt.”

Di dalam hadisnya Rasullah menyatakan: “Dua rakaat yang dilakukan di waktu malam lebih baik daripada dunia dan isinya”. Dalam hadis yang lain disebutkan: “Allah menurunkan rahmat kepada seorang laki-laki yang bangun di waktu malam, lalu melakukan salat dan membangunkan isterinya, sebaliknya Allah juga akan melimpahkan rahmat-Nya kepada seorang perempuan yang bangun di waktu malam, lalu shalat malam dan memabngunkan suaminya.”

4.     Bersedekah
Bersedekah (sadaqah) mengandung pengertian yang luas yang mencakup segala sesuatu yang diberikan kepada orang lain baik dalam bentuk material maupum non-material (jasa). Oleh karena itu, sadaqah dapat berarti zakat mal, zakat fitrah, sadaqah sunat, infaq, atau segala sesuatu yang diberikan kepada orang lain. Memberikan uang atau apa saja yang berbentuk material kepada orang lain termasuk sadaqah, mengajarkan ilmu kepada orang lain adalah sadaqah, dan mengatakan kalimat-kalimat yang baik kepada orang lain juga sadaqah.

Bersadaqah dalam bulan puasa dilipatgandakan pahalanya oleh Allah swt. Hal ini antara lain dapat dilihat dalam hadis Nabi yang menjelaskan: Seseorang yang memberikan makanan untuk berbuka puasa kepada orang lain mendapatkan dua ganjaran yang amat besar, yaitu pahala dari sadaqahnya itu, dan mendapatkan pahala puasa dari orang yang diberinya makanan untuk berbuka puasa itu tanpa dikurangi sedikitpun oleh Allah swt.”

Di dalam hadis lain Nabi menyatakan: “Sadaqah itu memadamkan (menghapuskan) kesalahan sebagaimana air memadamkan api yang sedang menyala”.

5.     I’tikaf di Masjid
Salah satu aksesori puasa Ramadhan ialah i’tikaf. I’tikaf pada hari-hari lain sepanjang tahun adalah sunat, sedangkan i’tikaf pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan adalah sunnat muakkad. I’tikah adalah tinggal di dalam masjid untuk melakukan ibadah dalam keadaan bersuci selama waktu tertentu, dengan tertentu, dan cara tertentu pula.

Tujuan utama i’tikaf adalah mengosongkan hati dari segala persoalan dunia dan mengisinya dengan kesibukan beribadah dan mengingat Allah swt., menyerahkan diri kepada Yang Maha Agung, menyerahkan segala urusan hanya kepada Allah, menjaga diri dari perbuatan dosa, dan menjaga anggota badan dari perbuatan-perbuatan kotor.

6.     Melakukan umrah Ramadhan
Umrah yaitu suatu rangkaian ibadah tertentu dengan niat tertentu dan dengan cara-cara tertentu yang dilakukan di Masjidil Haram, seperti berihram, tawaf, sa’i dan tahallul. Pahala umrah sangat besar yaitu dapat menjadi tebusan menghapuskan segala dosa yang telah dilakukan.

Umrah Ramdhan mempunyai pahala yang lebih besar dibandingkan dengan umrah yang dilakukan pada bulan-bulan lain. Umrah yang dilakukan pada bulan Ramadhan pahala dan nilainya sama dengan pahala dan nilai satu kali melakukan ibadah haji. Seseorang yang melakukan ibadah haji dibersihkan oleh Allah swt. dari segala dosanya, sehingga ia kembali dari haji bersih dari dosa, bagaikan seorang bayi yang baru dilahirkan dalam keadaan bersih dan suci dari segala dosa.

Hanya saja, perlu dicermati bahwa umrah harus dilakukan secara sederhana dan penuh ketulusan, bukan karena riyaa atau pamer kekayaan. Selama umrah jangan tergoda menggunakan busana yang mencolok sehingga kehilangan makna ibadah. Perlu pula dipikirkan bahwa melakukan umrah sebaiknya tidak terlalu sering, dana yang berlebih sebaiknya digunakan untuk membangun fasilitas sosial, seperti lembaga pendidikan atau klinik kesehatan yang berkualitas dan terjangkau untuk kalangan miskin dan terlantar.

7.     Menghidupkan lailatul qadr dengan ibadat
Salah satu ciri khas bulan Ramadhan adalah adanya lailatul qadr di dalamnya. Lailatul qadr tidak terdapat pada bulan-bulan yang lain, ia hanya ada pada bulan Ramadhan. Lailatul qadr (malam kemuliaan) adalah suatu malam yang memiliki nilai yang paling tinggi dari malam-malam yang lain.

Malam qadr (lalatul qadri), seperti yang digambarkan oleh Allah swt. di dalam Al-Qur’an,  lebih baik dan lebih utama daripada seribu bulan. Yang dimaksud adalah bahwa suatu amal yang dilakukan pada malam itu lebih baik dan lebih utama daripada ibadah yang dilakukan selama seribu bulan.

Tidak seorangpun yang mengetahui kapan atau pada hari apa malam qadar itu terjadi pada setiap bulan Ramadhan. Yang jelas, menurut hadis Nabi, ialah bahwa lalatul qadr itu terjadi pada malam-malam ganjil dari sepuluh malam terakhir bulan Ramdhan, seperti 21, 23, 25, 27, atau 29 Ramadhan.

Menghidupkan lailatul qadr yaitu mengisi malam-malam ganjil itu dengan beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah swt. Lailatul qadr yaitu malam di mana seorang muslim menyerahkan diri kepada Allah swt. dengan ikhlas, menghadap kepadanya dengan memohon doa, meminta ampun atas segala dosa, melakukan salat-salat sunat, berzikir dan membaca Al-Qur’an. Rasulullah telah menegaskan di dalam hadisnya yang menyatakan: “Barang siapa yang bangun dan melakukan ibadah pada malam lailatul qadr dengan penuh keikhlasan dan keimanan, maka segala dosanya diampunkan oleh Allah swt.”

8.     Menunaikan zakat fitrah
Zakat fitrah artinya zakat jiwa. Selain itu, zakat fitrah jiga disebut zakat puasa, atau zakat Ramadhan, atau shadaqah fithr, yang diwajibkan pada hari Fitri pada bulan Ramadhan setiap tahun. Zakat fitrah  merupakan suatu ibadah yang mengiringi pelaksanaan kewajiban puasa. Setiap muslim dikenakan kewajiban mengeluarkan zakat fitrah itu. Zakat fitrah menurut Rasulullah mempunyai kelebihan tersendiri, yaitu menjadi makanan bagi para fakir dan miskin dan membersihkan diri orang yang berpuasa dari perbuatan kotor dan sia-sia.

Ada sekian banyak hikmah zakat fitrah, di antaranya ialah: 1) membersihkan orang yang berpuasa dari perkataan yang kotor dan keji, 2) simbol dan tanda pernyataan syukur kepada Allah atas nikmat yang diberikannya dalam menyelesaikan puasa Ramdhan, 3) membantu meringankan beban hidup saudara-saudara muslim yang lemah dan tidak mampu, 4) menimbulkan kesadaran dalam diri untuk merasakan seperti apa yang dirasakan oleh mereka yang tidak memiliki, dan 5) menjadi tanda pendekatan diri kepada Allah swt.

9.     Melaksanakan salat Id al-Fitri
Salah satu ciri khas bulan Ramadhan dan puasa ialah diakhirinya dengan melaksanakan salat Idul Fitri pada 1 Syawal, hari pertama setelah berakhirnya ibadah puasa Ramadhan. Malam idul Fitri harus dihidupkan dengan memperbanyak takbir sebagai tanda syukur atas keberhasilan menunaikan ibadah puasa dengan penuh keimanan dan keikhlasan, demikian pada pada hari pelaksanaan Idul Fitri.

Idul Fitri dilakukan untuk menyatakan kemenangan yang luar biasa yang telah diperoleh dicapai oleh seluruh kaum muslimin yang telah melakukan ibadah puasa. Itulah sebabnya, maka pada hari ini seluruh kaum kaum muslimin keluar ke masjid-masjid atau ke lapangan-lapangan untuk menunjukkan syiar kemenangan itu dengan mengumandangkan takbir dan tahmid.

Puasa Ramadhan dengan segala aksesori dengan pelaksanaan yang penuh keimanan dan keikhlasan akan menimbulkan berbagai pengaruh dalam diri individu, baik dalam hubungannya dengan dirinya sendiri, hubungan dengan orang lain dan lingkungannya, serta hubungan dengan Allah swt.

Puasa dan aksesorinya menanamkan dalam diri setiap individu sikap-sikap yang sangat terpuji. Ia akan lebih menyadari dirinya bahwa ia adalah hamba Allah yang harus patuh dan tunduk terhadap segala perintahnya. Hal ini akan menimbulkan kesadaran yang tinggi tentang eksistensi dirinya. Ibadah yang dilakukannya akan menjadikannya seorang individu yang memiliki sifat-sifat yang terpuji sesuai dengan sifat-sifat terpuji yang dimliki Allah.

Ibadah puasa dan aksesorinya akan menimbulkan dampak dalam diri seseorang untuk menyatakan bahwa dirinya bukanlah satu-satunya, tetapi merupakan bahagian dari masyarakat dan lingkungannya. Ia tidak hidup sendirian, tetapi hidup bersama orang lain. Karena itu, ketika ia berpuasa dan melakukan aksesori puasa, ia menjadi sadar untuk memahami dan ikut merasakan apa yang dialami oleh saudara-saudaranya yang lain. Dari sini muncul kesadaran dan perasaan sosial seseorang, muncul rasa kesetiakawasan sosial yang tinggi dan pada akhirnya menimbulkan kepekaan dan solidaritas sosial yang tinggi.

Ibadah puasa dan seluruh aktivitas sunnah akan lebih mendekatkan diri seseorang kepada Allah swt. Kepatuhan terhadap segala perintah dan kepatuhan untuk meninggalkan larangan Allah pada hakikatnya merupakan simbol penyerahan diri dan kepatuhan terhadap apa yang diperintahkan. Bertambah tinggi kepatuhan seseorang akan bertambah tinggi derajat kepatuhan dan kedekatannya dengan Allah.

Apabila puasa dan segala aksesorinya telah dilakukan oleh setiap muslim dengan baik, dan penuh keikhlasan dan kepatuhan, maka orang itu akan menjadi muslim yang sejati, yang berada dalam naungan dan rida Allah. Kalau setiap orang atau muslim melakukan hal yang sama maka dari mereka akan muncul dan lahir suatu masyarakat madani yang berada di bawah naungan dan ridha Allah, yang senantiasa patuh dan tunduk kepada segala perintah dan atauran Allah. Semoga ada manfaatnya bagi kita. Amin ya Allah.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar