Meskipun namanya tidak banyak disebut, termasuk
di lingkungan ahli tafsir, namun saya amat mengagumi kepakaran beliau, terutama
dalam kapasitasnya sebagai mufassirah atau perempuan ahli tafsir. Tidak
heran jika beliau tidak dikenal karena umat manusia, termasuk umat Islam sudah
terlalu terbelenggu dalam budaya patriarki yang memandang pemilik kuasa
hanyalah mereka yang berjenis kelamin laki-laki. Pengalaman sehari-hari di
sekolah dan di masyarakat mengajarkan bahwa ulama, khususnya ulama tafsir
hanyalah laki-laki. Tidak boleh perempuan menjadi ulama besar dan terkenal,
terlebih ulama tafsir.
Bint asy-Syati’ hanyalah sebuah nama julukan atau nama
samaran yang dipakainya untuk mengelabui para pembacanya. Sebab, di masanya
perempuan penulis apalagi sebagai ahli tafsir amat diingkari. Perempuan tidak
pantas menjadi penulis karena itu adalah bagian dari pekerjaan para dewa, dan
hanya boleh ditekuni oleh para patriak.
Nama lengkapnya adalah `A’isyah bint `Abd
ar-Rahman, seorang ahli tafsir modern Mesir, yang lahir di Dumyat (Damietta),
Mesir, tahun 1913. Ayahnya, `Abd ar-Rahman dikenal sebagai ahli tafsir ternama
di Mesir. Bint asy-Syati' dididik dalam lingkungan tradisional oleh bapaknya,
yang seharusnya tidak mengizinkannya masuk sekolah umum. Tetapi ibu dan kakek
dari pihak ibunya membolehkannya masuk sekolah umum. Tahun 1936 Bint asy-Syati'
masuk menjadi mahasiswa Fakultas Sastra (Faculty of Letters) University Fuad 1
(yang kemudian menjadi Cairo University), dan meraih gelar doktor pada tahun
1950 dengan sebuah disertasi tentang Puisi Abu al-'Ala al-Ma'arri.
Bint asy-Syati' menulis sejumlah buku dan
artikel dalam berbagai bidang, seperti Studi Qur'an (Qur'anic studies), Kritik sastra, sejarah dan autobiograpi. Untuk
melihat informasi lebih jauh tentang Bint asy-Syati' lihat C. Kooji, "Bint
asy-Syati': A Suitable Case for Biography?", dalam The
Challenge of the Middle East, diedit oleh Ibrahim A. EI-Syeikh et
al. (Amsterdam; University of Amsterdam, 1982), hlm. 67-72; Muhammad Amin,
"A Study of Bint asy-Syati’s Exegesis" (Montreal: Thesis MA di McGill
University, 1992), hlm. 6-23.
Lebih banyak orang luar yang menulis tentang
kehebatan beliau, lihat misalnya dalam Valerie J. Hoffman-Ladd, "'A'isya
`Abd ar-Rahman", dalam the Oxford Encyclopedia of the Modern Islamic World, diedit oleh John l,. Esposito (New York;
Oxford: Oxford University Press, 1995), I: 4-5; Miriam Cooke, "Arab Women
Writers," dalam Modern Arabic Literature, diedit oleh M. M. Badawi (Cambridge; Cambridge
University Press, 1992), hlm. 449; Abaza as-Sabi'i, "Bint asy-Syati’”,
dalam Contemporary Arab Writers. Biographies and Autobiographies, diedit oleh Robert B. Campbell (Beirut: In
Kommission bei Franz Steiner Verlag Stuttgart, 1996), I: 362-363; dan Paul
Starkey, "'A'isya 'Abd ar-Rahman", dalam Encyclopedia of Arabic Literature, diedit oleh Julie Scott Meisami dan Paul
Starkey (London dan New York: Routledge, 1998), I:18.
Beliau juga seorang murid dekat Amin al-Khuli, ahli
tafsir ternama yang kemudian menjadi suaminya. Mengikuti suaminya, Bint asy-Syati' juga menekankan pentingnya metode tematik (maudu' al-wahid) dalam penafsiran. Sayang, Bint asy-Syati' juga
tidak memberikan definisi tentang metode tematik dimaksud. Untuk mengetahui
konsep Bint asy-Syati' menjadi penting memahami tanggapannya terhadap metode pemahamann nass yang digunakan pemikir Klasik dan Pertengahan. Penyebutan Klasik dan Pertengahan pada prinsipnya berusaha menggunakan
pengelompokan periodisasi, yang secara umum dibagi tiga, yakni klasik,
pertengahan dan modern. Namun, dalam hubungannya dengan formulasi konsep, hasil
rumusan ilmuwan yang hidup di masa klasik dan pertengahan ini secara umum masuk
kelompok tradisional atau konvensional.
Di antara kritiknya terhadap metode penafsiran
Klasik dan Pertengahan adalah sebagai berikut. Pertama, bahwa metode penafsiran
Klasik dan Pertengahan amat dipengaruhi oleh ajaran-ajaran di luar Islam,
seperti ajaran Isra'iliyyat
(Judeo-Christian materials). Kedua, terkesan ada tendensi sektarian (at-ta’milat al-‘asabiyah) dalam metode
Klasik dan Pertengahan. Ketiga, metode penafsiran Klasik dan Pertengahan justru
melahirkan pemahaman yang terkesan dipaksakan. Keempat, metode penafsiran Klasik
dan Pertengahan menyebabkan tidak disadarinya keunikan dan retorika Al-Qur`an
yang luar biasa apabila dibandingkan dengan retorika karya lainnya. Terakhir, metode
penafsiran Klasik dan Pertengahan tidak memperdulikan kemukjizatan Al-Qur`an (i’jaz).
Sebagai gantinya, Bint asy-Syati' menawarkan
metode silang (the crossreferential method), yang terbagi menjadi tiga teori: Pertama, menekankan
pentingnya memahami arti bahasa kata-kata Al-Qur`an (lexical meaning of any Qur’anic word). Pengakuan terhadap makna asli kata Al-Qur`an
tentu saja sangat membantu seorang mufasir memahami tujuan makna (al-ma'na al-murad) sesuai dengan konteks di mana teks diturunkan.
Kedua, melibatkan semua ayat-ayat yang berhubungan
dengan subyek yang dibahas. Dengan prinsip ini berarti Al-Qur`an diberikan
kebebasan (autonomy) untuk berbicara tentang dirinya sendiri. Tujuan
dari metode ini adalah untuk menemukan penafsiran yang obyektif, bukan tcrkesan
dipaksakan seperti apa yang ditemui dalam tafsir Klasik dan Pertengahan.
Ketiga, harus ada kesadaran tentang adanya konteks
tertentu dari teks yang ada (as-siyaq al-khass) dan konteks umum (as-siyaq
al-amm) dalam berusaha memahami kata-kata dan konsep Al-Qur`an.
Dalam ungkapannya sendiri: Prinsip dari metode
silang seperti ini - seperti yang saya terima dari guru saya [yaitu Amin
al-Khuli]- adalah pemahaman yang obyektif [at-tanawul
al-maudu'i]. Metode ini disediakan untuk mempelajari satu subyek tertentu (maudu' al-wahid] dalam Al-Qur`an; dan Iebih jauh, semua ayat-ayat Al-Qur`an yang berbicara
tentang subyek tersebut dibahas bersama secara keseluruhan agar penggunaan arti
dan struktur Al-Qur`an -setelah meneliti secara cermat sense dasar
linguistiknya- dapat dipahami.
Metode ini adalah satu metode yang sama sekali
berbeda dengan penafsiran berdasarkan pembahasan surah demi surah, di mana di
dalamnya kata dan ayat diteliti secara terpisah dari konteks umum teks yang ada
[as-siyaq al-'amm] dalam semua
penggunaan Al-Qur`an. Metode tematik berdasarkan surah demi surah tidak cukup
untuk memahami kata-kata atau ungkapan-ungkapan Al-Qur`an. Demikian juga dengan
metode surah demi surah tidak cukup memahami struktur Al-Qur`an yang jelas dan keunikan retorika yang dimilikinya.
Karena itu, di samping mengkritik metode penafsiran
yang digunakan para mufasir Klasik dan Pertengahan, Bint asy-Syati' juga
memberikan tanggapan yang negatif terhadap metode tematik berdasarkan surah
demi surah yang digunakan sejumlah pemikir Muslim kontemporer. Sebagai gantinya
Bint asy-Syati' menawarkan pendekatan tematik berdasarkan subyek demi subyek.
Sebagai tambahan, penulis tidak menemukan apakah al-Khuli memberikan respons
negatif terhadap pendekatan tematik berdasarkan surah demi surah.
Dari kitab tafsir karangannya, Bint asy-Syati'
terlihat menekankan pada pengertian kata, kalimat dan struktur Al-Qur`an.
Tujuannya adalah untuk memahami makna dan isi Al-Qur`an berdasarkan Al-Qur`an
sendiri. Bint asy-Syati' juga menganjurkan diadakannya usaha pemurnian makna
Al-Qur`an dari berbagai unsur asing atau luar yang dimasukkan oleh para mufasir
Klasik dan Pertengahan (kata-kata, kalimat dan strukturnya).
Menurutnya, penjelasan atau penafsiran
Al-Qur`an seharusnya dijelaskan oleh Al-Qur`an sendiri bukan dari luar.
Berdasarkan hal itu, Bint asy-Syati' terlihat mencoba memurnikan tafsir dari
pengaruh ide-ide atau pandangan-pandangan yang bersumber dari luar Al-Qur`an,
dan menekankan tafsirnya dari sisi bahasa (kata-kata, kalimat dan struktur).
Usaha pemurnian ini terlihat lebih jelas ketika
beliau mengkritik metode analisis sufi dan filsafat, yang, menurutnya, sangat
banyak dipengaruhi ajaran-ajaran dari luar Al-Qur`an, seperti pengaruh
Israiliyat. Sebaliknya, belum begitu jelas bagaimana Bint asy-Syati'
menghubungkan ayat-ayat yang dibahas dengan ayat-ayat lain yang berbicara
tentang subjek yang sama. Penyebabnya barangkali karena baru ayat-ayat pendek
yang dibahasnya.
Foto courtesy by https://www.mihe.ac.uk/node/281
Tidak ada komentar:
Posting Komentar